Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 24 Desember 2020 | 14:25 WIB
Terlihat dua patung mengangkat virus Covid-19 di Gereja Bongsari Semarang. (Suara.com/Dafi Yusuf)

SuaraJawaTengah.id - Perayaan Natal identik dengan pohon cemara yang dihiasi lampu dengan warna yang berbeda-beda. Namun, beda dengan Gereja Santa Theresia Bongsari Semarang. Gereja tersebut malah membuat patung unik layaknya orang yang memakai masker. 

Patung tersebut terbuat dari kertas bekas. Selain patung yang menyerupai manusia  memakai masker, pihak gereja juga membuat sebuah patung menyerupai virus. Patung tersebut diibaratkan sebagai virus Covid-19. 

Terlihat ada dua patung yang terbuat dari kertas warna putih. Patung sebelah kanan terlihat sedang memikul virus Covid-19 dan yang kiri terlihat mengajak ke juru selamat sesuai keyakinan umat Nasrani. 

Dekorator Gereja Santa Theresia Bongsari, Hendri Ernanto mengatakan, di dalam suasana pandemi seperti ini dia disadarkan bahwa manusia itu rapuh, tak berdaya dan kadang-kadang mengalami kesesakan dalam hidup.

Baca Juga: Jelang Misa Natal, Tim Gegana Sisir Gereja Katedral

"Kaitannya, pandemi ini mengingatkan bahwa manusia itu rapuh, semoga Tuhan mau mengangkat kita dalam sebuah kerapuhan," jelasnya kepada SuaraJawaTengah.com di lokasi, Kamis (24/12/2020). 

Dia sengaja membuat patung tersebut dengan kertas. Selain itu, dia juga sengaja membuat patung tersebut tak lurus dan rata yang menandakan bahwa manusia itu memang rapuh. 

"Kalau dilihat kan yang satu itu mengangkat corona dan yang satu terlihat merangkul. Itu menandakan bahwa manusia itu lemah," ujarnya. 

Selain itu, arti dari dua patung tersebut adalah pertanda dalam segala kerapuhan manusia tetap bermakna di mata Tuhan. Di samping kedua patung tersebut juga ada patung juru selamat yang mempunyai arti sebagai penyelamat. 

"Jadi kita ingin menunjukan, ini lho juru selamat kita bahwa dia juga lahir dalam kerapuhan. Percayalah Tuhan mengangkat kerapuhan kita dalam segala hal," imbuhnya. 

Baca Juga: Tenaga Kesehatan Lawan Covid-19: Natal Tak Libur, Tuhan Ada di Antara Kami

Untuk proses pembuatan dua patung tersebut sekitar satu minggu. Dia tak sendirian, Hendri juga ditemani tiga temannya yang lain. Dia mengaku proses pembuatan sedikit lama lantaran terbatasnya waktu. 

"Kita semua mempunyai kesibukan, jadi kita ngerjakan dekorasi patung ini ketika malam hari," imbuhnya.

Sementara itu, Pastur Gereja Santa Theresia Bongsari, Romo Eduardus Didik Cahyono mengatakan, pohon Natal selalu diidentikkan dengan pohon terang, pohon harapan. Makna dari gambaran ini adalah sang Ilahi memeluk penderitaan manusia. 

"Karena konteksnya sekarang sedang pandemi, maka ini bisa diartikan bagaimana Tuhan menyelamatkan umat manusia dari penyakit ini," jelasnya.

Tak hanya pohon natal yang dibentuk unik, di dalam gereja juga ada dekorasi yang tak lazim. Di samping patung Bunda Maria dan Bayi Yesus, terdapat patung seorang dokter dan pasien dengan memikul virus Covid-19. 

"Patung dokter dan pasien itu berlutut seraya berdoa meminta pertolongan," ucapnya. 

Menurutnya, Natal adalah memperingati kelahiran Sang Juru Selamat, Yesus Kristus. Ini menggambarkan bagaimana dokter dan pasien dengan virus Covid-19 bersimpuh di hadapan Sang Juru Selamat untuk memohon kesembuhan. 

Untuk itu, dalam perayaan Natal kali ini, kami mohon rahmat kesembuhan dari Sang Juru Selamat dan meminta pandemi bisa segera dihilangkan. 

"Semoga pandemi segara berlalu di Indonesia," ucapnya. 

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More