
SuaraJawaTengah.id - Sebelum terkonsentrasi dalam satu distrik atau wilayah, orang-orang China tersebar di beberapa daerah di Kota Semarang, seperti Gedungbatu, Kaligawe dan timur Kali Semarang.
Namun pada abad ke 18, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) mengharuskan orang-orang China di Semarang untuk bermukim di suatu wilayah yang telah ditentukan, yaitu di Chineeen Kamp atau sering disebut kawasan Pecinan.
"Pengonsentrasian permukiman penduduk China itu terjadi setelah berakhirnya perang Semarang pada 1741," jelas Sejarawan Universitas Diponegoro, Dewi Yulianti kepada Suara.com, Jumat (29/1/2021).
Perang Semarang merupakan konflik bersenjata yang melibatkan orang-orang China dan Jawa melawan VOC. Konflik tersebut merupakan lanjutan yang terjadi di Batavia, sekarang Jakarta tahun 1740.
Baca Juga: Foto Kampung Ketandan Yogyakarta yang Diklaim China, Viral
Orang China yang ada di Batavia sebagian lari ke daerah Jawa Tengah. Dengan begitu orang China dapat bekerjasama dengan orang Jawa dan memukul balik kompeni di masing-masing daerah.
Saat itu, orang China didukung oleh penguasa Jawa Kartasuro. Setelah mendapat dukungan dari penguasa Jawa, orang China yang terusir dari Batavia menebar teror di beberapa pos VOC yang tersebar di Jateng.
Merasa terancam dengan keberadaan orang China, pemerintah kolonial Belanda membuat suatu kebijakan yang bernama (wijkenstelsel), yaitu peraturaan yang mengharuskan orang China bertempat tinggal di satu tempat.
Kebijakan tersebut berlaku mulai tahun 1835 hingga 1915. Namun, saat itu peraturan tersebut terliat longgar. Terbukti, tak semua orang China tinggal di Wilayah Pecinan.
"Banyak warga China yang masih bermukim di luar seperti, Kaligawe, Ambengan, Petudungan, Pekojan, Kranggan, Kampung Melayu dan Pedamaran," katanya.
Baca Juga: Sebut Kampung Ketandan Ada di China, Akun Instagram Diserbu Warganet
Dirasa masih banyak kelonggaran, kolonial membuat peraturan tambahan yang diberinama (passenstelsel) yang mewajibkan orang China harus ijin ketika ingin pergi ke luar Pecinan.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Novel Gongka: Pengalaman Masa Kecil di Lingkungan Pecinaan di Era 1980-an
-
Rahasia Kelezatan Pia Glodok: Warisan Kuliner Lintas Generasi
-
LIVE STREAMING: Kemeriahan di Petak Sembilan saat Hari Raya Imlek
-
Apa Makna Lampion Merah dan Jeruk Imlek? Ternyata Bukan Sekadar Hiasan!
-
Nasi Campur Sedap Wangi: Menyelami Rasa Autentik di Jantung Pecinan Jakarta
Terpopuler
- Alumni UGM Speak Up, Mudah Bagi Kampus Buktikan Keaslian Ijazah Jokowi: Ada Surat Khusus
- 3 Klub Diprediksi Jadi Labuhan Baru Stefano Cugurra di BRI Liga 1 Musim Depan
- HP Murah Itel A90 Lolos Sertifikasi di Indonesia: Usung RAM 12 GB, Desain Mirip iPhone
- Paula Verhoeven Positif HIV sebelum Menikah dengan Baim Wong?
- Akal Bulus Demi Raih Piala Asia U-17 2025: Arab Saudi Main dengan '12 Pemain'?
Pilihan
-
Cerita Pria 57 Tahun di Mataram Akhirnya Dapat SK PPPK Tapi Setahun Lagi Pensiun
-
Rafael Struick Ditendang vs Adelaide United, Brisbane Roar Kini Diamuk Netizen Indonesia
-
Tak Hanya Barang Bajakan dan QRIS, AS Juga Protes Soal UU Produk Halal RI
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Lancar Main FF, Terbaik April 2025
-
Polres Sukoharjo Ungkap Kasus Peredaran Narkoba, Dua Residivis Kembali Diamankan
Terkini
-
Teror Pocong Pedagang Bakso Wonogiri, Bikin Satu Kampung Heboh!
-
Belanja Untung! Promo Indomaret, Tawarkan Diskon Spesial Rp7.500 untuk Produk Kebutuhan Rumah Tangga
-
Potret Kartini Modern, Perjuangan Mantri BRI dalam Mendampingi Pengusaha Mikro
-
Ciptakan Kesetaraan Gender, Holding Ultra Mikro BRI Berdayakan 14,4 Juta Pengusaha Wanita
-
Nongkrong Makin Asyik! Klaim Link DANA Kaget Hari Ini, Bisa Buat Ngopi di Kafe Favoritmu