Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 12 Februari 2021 | 16:33 WIB
Warga Tambaklorok merasakan getaran ketika malam. [suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Selain rob dan tanah ambles, warga RT 9 Rw 15 Kampung Tambaklorok, Tanjung Mas, Semarang Utara merasakan getaran misterius ketika tengah malam.

Warga Tambaklorok, Amron S mengatakan, geteran itu bisa dirasakan warga ketika tengah malam. Getaran tersebut dapat dirasakan atau dilihat jika air ditaruh di dalam gelas atau mangkok.

Warga Tambaklorok sudah merasakan getaran tersebut sejal lima tahun yang lalu. Namun, belum ada respon dari pemerintah soal getaran tersebut.

"Biasanya kalau malam air yang ada di gelas atau mangkok itu getar tak mau diam. Belum ada surve atau penelitian dari pemerintah sampai saat ini,," jelasnya kepada suara.com, Jumat (12/2/2021).

Baca Juga: Singgung Korupsi, Mahasiswa Demo Besar Nurdin Halid Dapat Doktor Kehormatan

Warga Tambaklorok menduga jika getaran tersebut berasal dari blower Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Indonesia Power yang ada di dekat permukiman warga Tambaklorok.

"Kalau warga menduga getaran tersebut disebabkan PLTU," ujarnya.

Hal yang sama dikatakan Ahmad Khafidin. Dia juga merasakan sebuah getaran ketika sudah memasuki tengah malam. Beberapa warga mengaitkan dengan hal-hal ghaib.

Namun, dia tak percaya jika getaran tersebut disebabkan oleh barang atau benda ghaib. Menurutnya, getaran tersebut memang disebabkan oleh PLTU.

"Ada warga yang mengatakan kalau itu disebabkan oleh benda ghaib, namun saya tak percaya," imbuhnya.

Baca Juga: Wanita Ditemukan Tewas di Lemari Hotel Check In Bareng Teman Pria

Selain getaran misterius, kawasan Tambaklorok juka terjadi penurunan tanah yang cukup signifikan. Bahkan, beberapa rumah di sana hanya terlihat atapnya.

Pakar tata kota asal Universitas Diponegoro (Undip), Bambang Setyoko mengatakan beberapa kawasan di sepanjang pantai utara Kota Semarang diakuinya memang mengalami land settlement atau ambles.

Menurutnya, penyebab amblesnya beberapa kawasan di Kota Semarang itu antara lain karena menjamurnya bangunan-bangunan, seperti hotel, mall dan shoping center.

"Penyebab lainnya adalah pengambilan air tanah yang tidak terkendali. Hal itu menyebabkan air yang ada di dalam tanah kosong," jelasnya.

Penurunan tanah tiap tahunnya, diantaranya di wilayah Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Bandarharjo, Johar, Kemijen dan Boom Lama.

Daerah-daerah tersebut dulunya merupakan roda perekonomian yang ada di Kota Semarang. Namun, keadaan tanah yang tidak stabil membuat banyak investor pikir ulang.

"Kan bisa dilihat banya PT besar seperti PT Kubata pindah di daerah Mijen. Hal itu disebabkan kawasan Semarang sudah tidak layak untuk dijadikan tempat berbisnis," tegasnya. 

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More