Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 02 April 2021 | 18:34 WIB
Seorang supir bus di Terminal Kota Tegal, Jumat (2/4/2021). [AyoSemarang.com/dok]

SuaraJawaTengah.id - Larangan mudik Lebaran 2021 yang dikeluarkan pemerintah pusat membuat para sopir dan kernet bus Antarkota AntarProvinsi (AKAP) di Kota Tegal menjerit.

Pasalnya, mereka terancam menghadapi kondisi serupa tahun lalu dimana harus menganggur saat momen perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Dilansir AyoSemarang.com--jaringan Suara.com, Tio (31) salah satu sopir bus Dewi Sri trayek Tegal-Jakarta yang harus menjadi pengangguran di momen mudik 2020.

"Tahun kemarin nganggur satu bulan karena ada lockdown dan larangan mudik. Semua bus AKAP nggak beroperasi, otomatis sopir dan kernetnya nganggur," katanya di temui di Terminal Kota Tegal, Jumat (2/4/2021).

Baca Juga: Tiket Kereta Untuk Keberangkatan Hanya Tersedia Sampai 30 April 2021

Ia sendiri khawatir, jika larangan mudik kembali diberlakukan, maka dirinya harus bersiap menjadi pengangguran lagi.

"Idul Fitri kemarin malah saya sampe jadi tukang parkir di minimarket dekat rumah mertua. Perhiasan istri juga terpaksa dijual, gelang, kalung dan anting. Hp dan kulkas juga dijual buat kebutuhan lebaran," bebernya.

Menurutnya, momen mudik merupakan kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih. Terlebih, kebutuhan keluarganya hanya ditopang dari menjadi sopir bus.

"Kalau lagi musim mudik, sekali berangkat bisa dapet Rp 600 ribu sampai Rp 800 ribu. Itu kan lumayan, bisa buat Lebaran. Beli baju baru anak istri, zakat fitrah dan beli gula-teh," ucapnya.

Tio berharap, kebijakan larangan mudik dipertimbangkan lagi, sehingga masyarakat yang bekerja di jasa transportasi tetap bisa mencari nafkah.

Baca Juga: Mudik Dilarang, Terminal Tirtonadi Tetap Siaga Candi

Hal serupa juga dirasakan kernet bus Iyan (40). Ia mengaku harus menjadi kernet truk logistik untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarga.

"Tahun kemarin nggak narik sebulan full. Akhirnya saya ikut truk logistik. Karena bagaimana pun keluarga juga harus tetap makan. Namanya buruh, nggak kerja nggak makan," tuturnya.

Iyan yang sudah menjadi kernet bus selama 25 tahun mengaku, baru merasakan sulit-sulitnya menjadi kernet.

"Hari-hari normal saat ini saya kadang narik kadang nggak. Masa corona penumpangnya sepi. Sekali berangkat paling dapet Rp 100 ribu sampe Rp 200 ribu," ungkapnya.

Dengan begitu, ia berharap, pemerintah memperbolehkan mudik tahun 2021. Selain untuk memperbaiki ekonomi juga untuk mencegah pengangguran.

"Mudik kan momen kita cari duit. Kita dapet duit ya dari mudik itu. Kita ya penginnya kaya dulu lagi, mudik tidak dilarang," ucapnya.

Load More