SuaraJawaTengah.id - Tokoh Nahdatul Ulama (NU) Nadirsyah Hosen atau lebih akrab disebut Gus Nadir mengimbau kepada santri NU tidak menjadi buzzer atau pendengung.
Imbauan itu dilakukan karena Gus Nadir ingin warga nadhliyin khususnya santri NU untuk selalu berprasangka baik terhadap pemerintah di media sosial. Sekalipun keputusan atau kebijakan pemerintah ada yang melukai salah satu anggota NU.
Melalui akun twitter yang dikelola santrinya itu, Dosen Monash University mengingatkan kepada santri NU untuk tidak menerima pekerjaan sebagai buzzer.
"Santri NU jangan mau jadi buzzer, baik buzzer istana atau oposisi," cuitnya melalui akun twitter na_dirs, Sabtu (15/5/2021).
Gus Nadir juga menambahkan para santri NU diharapkan tetap menjaga akhlak serta mematuhi perintah Kiai dalam merawat keragaman.
"Tetap jaga akhlak dan manut pada dawuh Kiai, merawat keragaman dalam berbangsa-bernegara. Mosok manut sama Kakak Pembina," lanjutnya.
Selain itu, Gus Nadir juga menyebut pekerjaan menjadi tukang parkir lebih mulia ketimbang harus menjadi pendengung tersebut.
"Lebih baik kerja jadi tukang parkir, halal & berkah, daripada jadi tukang tagar di medsos," ujarnya.
Cuitan yang telah disukai 4 ribu lebih itu menuai tanggapan yang beragam dari warganet. Banyak warganet yang mendukung apa yang disampaikan Gus Nadir tersebut.
Baca Juga: Politisi Partai Demokrat Sebut Harga Jasa Buzzer Bisa Tembus Rp800 Miliar!
"Bener sekali, jangan sampe deh santri NU jadi penjilat para kafir + munafikun," kata akun twitter @deryl92004008.
"Saya tak percaya ada santri NU jadi buzzer. Itu sangat menghina Gus. Ya santri memang banyak yg dhuafa tapi rasanya sampai tak serendah itu. Santri grass root NU mendukung pemerintah dan elit NU untuk membersihkan radikalisme yg sudah masuk di berbagai instansi negara," ucap akun twitter @hbasuni.
Bahkan menurut pengakuan salah satu warganet warga NU sudah banyak yang menjadi buzzer sejak tahun 2014.
"Menurut saya sudah terlambat, teman2 NU sya sudah banyak yg jadi "buzzer" dr 2014... Tapi mereka cuman relawan bahkan cuma krna fanatik buta saja. Mereka sering kali kemakan umpan lambung kakak pembina," tulis akun twitter @RidlwanSyarief.
Perlu diketahui istilah buzzer atau pendengung awalnya digunakan untuk mempromosikan suatu produk agar dapat menarik pelanggan. Namun belakangan ini jasa buzzer kerap kali dimanfaatkan untuk menyerang seseorang atau mengalihkan isu di media sosial. Terutama pada saat menjelang Pemilihan Umum (pemilu) jasa-jasa buzzer banyak dilirik aktor-aktor politik.
Kontributor: Fitroh Nurikhsan
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Libur Nataru Lebih Tenang, Pertamina Siagakan Motorist, hingga Serambi MyPertamina
-
Pemprov Jateng Pulangkan 100 Warga Terdampak Banjir Sumatera
-
Danantara dan BP BUMN Hadirkan 1.000 Relawan, Tegaskan Peran BUMN Hadir di Wilayah Terdampak
-
Turunkan Bantuan ke Sumatera, BRI Juga akan Perbaiki dan Renovasi Sekolah
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina