SuaraJawaTengah.id - Puncak pekan syawalan di Kabupaten Jepara dengan larungan kepala kerbau tetap dilaksanakan pada Kamis, (20/5/2021) pagi. Jika sebelum pandemi tradisi ini diikuti ratusan perahu dengan ribuan penumpang, kali ini hanya diikuti beberapa kapal saja untuk menghindari kerumunan massa.
Tidak hanya itu, sedekah laut yang biasanya dilaksanakan pukul 07.30 Wib, tahun ini dilaksanakan lebih awal pukul 05.30. Ikut dalam prosesi ini, Bupati Jepara Dian Kristiandi, dan jajaran Forkopimda.
Miniatur kapal nelayan yang dihias dengan janur kuning, disiapkan untuk dilarung bersama kepala kerbau dan aneka sesaji. Setelah dinaikkan ke kapal pengangkut dan diikuti peserta larungan, mereka bertolak ke tengah laut untuk melaksanakan tradisi ini.
Tepat pada pukul 06.20 rombongan tiba di tengah laut. Sebelum dilarung, bupati memberikan sambutan singkat di atas kapal kemudian dilanjutkan doa bersama. Saat prosesi pelarungan berlangsung, beberapa kapal berhasil mendekat. Sekitar 8 orang menceburkan diri ke laut, untuk memperebutkan tali pengikat kepala kerbau.
Bupati Jepara Dian Kristiandi mengatakan, berbeda dengan pelarungan 2 tahun lalu. Tahun ini larungan kepala kerbau dilaksanakan penuh kesederhanaan. Namun demikian, tidak mengurangi makna dari tradisi ini.
“Alhamdulillah, mulai dari proses awal keberangkatan sampai ke dermaga lagi, selamat dan aman,” kata Andi.
Pelarungan ini sebagai ungkapan syukur masyarat Jepara khususnya warga pesisir atau nelayan. Selama setahun mereka melakukan kegiatan pelayaran untuk menangkap ikan dan mendapat limpahan rezeki dari Allah Swt.
“Sebagai ungkapan syukur, juga agar mereka diberikan keselamatan saat melaut,” kata Andi.
Disampaikan Andi, sebelum pandemi prosesi pelarungan ini diikuti hampir 10 ribu orang, dari berbagai wilayah termasuk luar kota. Namun kali ini, hanya diikuti puluhan orang saja. Hal ini karena kesadaran masyarakat terkait protokol kesehatan.
Baca Juga: Pandemi Corona Belum Usai, Syawalan di Kulon Progo Dilakukan Secara Virtual
“Kesehatan yang utama dan harus diutamakan. Tapi tidak meninggalkan tradisi yang ada,” katanya.
Sebelum proses pelarungan, malam harinya sudah dilaksanakan pentas wayang kulit dengan lakon Dewa Ruci, di TPI Ujungbatu. JIka biasanya dimainkan semalam suntuk, kali ini diberi waktu pentas hanya 2 jam saja. Selain itu juga ada prosesi, ziarah ke makam Cik Lanang dilanjutkan ke makam Mbah Ronggo pada sore harinya.
Kontributor : Fadil AM
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota