Budi Arista Romadhoni
Senin, 07 Juni 2021 | 10:19 WIB
PTM akan Dibuka, Bagaimana dengan Anak dalam Kondisi Komorbid?
Ilustrasi Seorang murid mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka (PTM). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Selain itu, dalam penelitian yang berjudul Charateristics and Outcomes of Childern with Covid-19 ini Wes Nusa Tenggara Province, Indonesia yang diterbitkan RSUD Mataram, NTB, menyebutkan, angka kematian yang tinggi juga disebabkan karena anak terlambat di bawa ke rumah sakit serta pelayanan kesehatan yang sulit.

Meski disebutkan angka kematian Covid-19 pada anak tinggi, dalam jurnal kesehatan Children and Adolescents with Sars-CoV-2 Infectionmenunjukkan anak yang terpapar virus corona, 54,7 persen tidak mengalami gejala.

Hanya 26,1 persen yang perlu dirawat di rumah sakit. Dan yang paling banyak dirawat adalah bayi berusia kurang dari satu tahun.

Dari penelitian ini juga dijelaskan orang dewasa berperan krusial dalam penularan virus ini kepada anak-anak. Sementara itu, anak-anak menularkan ke sesamanya dalam level yang moderat. Kecenderungan level penularan yang tinggi juga tergantung dari usia mereka.

Meski data-data menunjukkan kasus Covid-19 pada anak biasanya tidak bergejala, orang tua perlu terus menjaga anak-anak mereka agar tidak tertular virus corona. Dikhawatirkan apabila anak-anak dengan penyakit penyerta seperti jantung, ginjal, TBC, asma, memperburuk kondisinya.

“Protokol kesehatan harus dijalankan dengan ketat untuk menjaga anak-anak tidak tertular Covid-19. Orang tua harus berperan dengan mengajarkan anak-anak mereka cara menjaga diri dengan baik. Perlu diberikan contoh seperti misalnya, tidak dibawa ke kerumunan seperti ke pusat perbelanjaan, piknik, atau ke restoran yang banyak orangnya," jelas Guru Besar FK UI, Prof. Cissy Kartasasmita.

Load More