Budi Arista Romadhoni
Selasa, 08 Juni 2021 | 14:20 WIB
Konten kreator, Siboen menunjukkan penghargaan dari Kementerian Sosial dan Youtube di kediamannya, Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Senin (7/6/2021). [Suara.com/Anang Firmansyah]

"Saya sempat kaget dan malu. Tapi karena memang sudah terlanjur di sana ya saya niatkan untuk menyerap ilmunya. Saat itu saya belajar otomotif mesin motor biar bisa buka bengkel sendiri di rumah," jelasnya.

Setelah membuka bengkel, ia memutuskan untuk menikah pada tahun 2005. Tentu saja beban hidupnya semakin bertambah karena harus menghidupi seorang istri.

Jatuh bangun ia rasakan untuk mendapatkan penghasilan lebih. Hingga singkat cerita ia mulailah dengan karir YouTube nya di tahun 2017. 

Saat itu, selain keterbatasan gawai, ia juga keterbatasan kuota untuk mengunggah kontennya. Alhasil, ia menemukan ritme baru, tiap pukul 16.00 WIB sore, selepas ia menutup bengkel, langsung menuju ke balai desa yang menyediakan internet gratis.

"Kerjaan saya tiap hari upload konten tiap jam 4 sore. Isinya ya tutorial perbengkelan. Saya kadang sampai ketiduran karena menunggu upload yang waktunya lama. Kadang selesai jam 10 malam. Saya tidak nongkrong di balai desa, tapi di bangunan kosong depan balai desa (rumahnya saat ini tinggal).

Karena malu, yang nongkrong di balai desa untuk memanfaatkan internet gratis saat itu pemuda berpakaian bersih. Sedangkan saya kotor karena habis mbengkel," tuturnya.

Hal itulah yang membuat Siboen, bercita-cita untuk membeli bangunan kosong yang dahulunya digunakan untuk tempatnya upload konten. Setahun berselang mimpi itu jadi nyata. Konten tutorial perbengkelannya banyak peminatnya.

Hanya dalam waktu enam bulan jerih payahnya mulai menghasilkan. Ia mulai gajian dari Youtube. Masih ingat betul saat itu jumlah yang ia terima dari Youtube, kisaran angka Rp1,8 juta.

Hingga kini ia bisa dikatakan berhasil menjadi konten kreator YouTube dengan penghasilan Rp50-150 juta. Hasil tersebut didapat dari akumulasi 10 channel Youtube yang ia kelola sendiri saat ini.

Baca Juga: Nekad Terbangkan YouTuber Cuma Pakai Lakban, Seorang Pilot di Rusia Diskors

Hal itulah yang membuat ia bisa membayar impiannya dengan membeli bangunan kosong seharga Rp 450 juta di seberang balai desa persis tempat awal mula ia mengunggah konten saat awal meniti karir. Sekaligus digunakan sebagai bengkelnya.

"Nah dari situlah mulai ada perkataan tidak enak dari warga sini. Ada yang ngomong saya "nyupang" lah (pesugihan). Karena bisa beli rumah hanya dengan bengkel. Mereka rata-rata belum tahu kalau saya bekerja juga melalui dunia maya. Malah sampai ada orangtua yang melarang anaknya datang kesini. Katanya takut dijadikan tumbal oleh saya," akunya.

Hal itulah yang kemudian memicu Siboen untuk berbagi ilmu kepada warga sekitar agar bisa mendapatkan penghasilan dari Youtube dengan kontennya masing-masing. Agar tidak ada lagi tuduhan negatif yang ditujukan kepadanya.

"Dari situ kenalan saya banyak, ada yang pengin belajar youtube dari luar kota. Bahkan ada klien bengkel saya yang dari Lombok. Ga mungkin kan, jauh-jauh dari Lombok kesini cuma buat servis motor. Tujuannya yang utama pasti silaturahmi. Kalau di sekitar desa sini ada 37 yang sedang belajar youtube. 20 dari Kasegeran. Sisanya dari desa tetangga," ucapnya.

Dari jumlah segitu, saat ini sudah ada 15 channel yang menghasilkan uang. Rata-rata konten yang diajarkannya bagi warga sekitar adalah konten misteri. Karena tidak membutuhkan keahlian khusus. Hanya perlu keberanian. Selain itu juga konten misteri selalu mendapat atensi lebih bagi warga Indonesia.

Warga desa tetangga pun akhirnya menamai Desa Kasegeran dengan istilah Kampung Youtuber. Karena banyak konten kreator lahir dan menghasilkan uang dari desa setempat. Desa yang awalnya masuk kategori desa miskin, kini perlahan mulai bangkit berkat Siboen yang mempelopori perubahan.

Load More