Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 02 Agustus 2021 | 13:07 WIB
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan keterangan pers terkait KLB Partai Demokrat di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (5/3/2021). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha

SuaraJawaTengah.id - Presiden ke-6 dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bamban Yudhoyono (SBY) sering melampiaskan keluh kesahnya di media sosial. Tak jarang SBY juga mengkritik pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Selain itu, SBY juga sering memanfaatkan media sosial untuk kepentingan politik. 

Dilansir dari Hops.id, Politikus sekaligus pegiat media sosial, Teddy Gusnaidi mengungkapkan, SBY merupakan seorang buzzer

Teddy menjelaskan bahwa SBY bisa disebut buzzer lantaran didefinisikan sebagai pendengung.

Baca Juga: Viral di Medsos, Video Keluarga Calon Anggota Polisi Bintara Polri Lakukan Aksi Protes

SBY sendiri kerap mendengungkan informasi dan pendapat pribadinya melalu jejaring media sosial, oleh sebabnya mantan Presiden Republik Indonesia (RI) ini bisa disebut sebagai buzzer.

 “SBY adalah buzzer. Tenang jangan marah-marah dulu, tentu saya menyebutkan SBY adalah buzzer bukan tanpa alasan. Karena buzzer itu artinya pendengung. SBY mendengungkan informasi dan pendapat melalui media sosial, maka SBY adalah buzzer,” kata Teddy dalam kicauan di akun jejaring media sosial Twitter miliknya, pada Senin, (2/8/2021).

Teddy pun menyayangkan kepada para kader atau simpatisan Partai Demokrat yang kerap menuding banyak pihak sebagai buzzer.

Cuitan Teddy Gusnaidi yang mebyebut SBY Buzzer. [Twitter]

Artinya, kata Teddy, sama saja Partai Demokrat sedang menuding petinggi partainya sendiri.

“Ketika SBY menyebarkan informasi dan pendapat di media sosial maka beliau adalah buzzer. Makanya saya heran ketika orang-orang Partai Demokrat sibuk menuding buzzer. Itu sama saja mereka menuding SBY dan menuding diri mereka sendiri. Buzzer kok teriak buzzer?,” ujarnya.

Baca Juga: Benarkah BMKG, BNPB, BNN dan KPK Bentukan Megawati?

Sebagaimana warganet pada umumnya, SBY dalam menggunakan media sosial tentu memiliki kepentingan tersendiri.

Makanya di media sosial sendiri sebenarnya wajar apabila ada perdebatan. Teddy mengungkapkan, hal itu lantaran para pendengung atau buzzer menggaungkan sesuai dengan kepentingannya.

“Ketika ada pendengung mendengungkan tentang hal positif dari pemerintah, maka buzzer yang tidak mendukung pemerintah mendengungkan informasi berbeda, sehingga terjadi perdebatan antar buzzer,” ungkapnya.

“Buzzer dari Partai Demokrat atau pendukung Partai Demokrat punya opini sendiri, buzzer yang lain punya opini lain juga sehingga beradu opini, bahkan akhirnya ada yg sampai saling menghujat dalam adu opini. Jadi aneh saja jika buzzer demokrat misalnya menuding orang lain adalah buzzer,” tambahnya.

Teddy ngaku kerap diserang usai mengkritisi tokoh Demokrat

Kendati begitu, mantan politikus PKPI ini enggan menjelaskan lebih lanjut soal keberadaan buzzer partai Demokrat tersebut.

“Soal apakah buzzer Partai Demokrat atau pendukungnya dibayar atau tidak, itu saya tidak tau, tidak boleh juga menuduh tanpa ada bukti,” paparnya.

Hanya saja Teddy lantas melanjutkan soal keberadaan buzzer yang anehnya kerap muncul ketika dia mulai mengkritisi tokoh Demokrat.

“Saya sering ketika habis mengomentari statement para tokoh Partai Demokrat, di jam tertentu tiba-tiba secara berjamaah menyerang saya di media sosial dan selesainya pun secara berjamaah. Saya tidak pernah menuduh itu buzzer Demokrat atau bayaran Demokrat, karena tidak ada bukti,” imbuhnya.

Load More