SuaraJawaTengah.id - Konflik di Afghanistan semakin memanas. Kelompok Taliban semakin leluasa menguasai negara timur tengah tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Rusia tengah berkomunikasi dengan para petinggi Taliban melalui kedutaan besarnya di Kabul, Afghanistan.
Hal itu diungkapkan perwakilan khusus Presiden Vladimir Putin terkait Afghanistan pada Senin (16/8/2021).
Komunikasi itu berlangsung satu hari setelah pemerintahan Afghanistan runtuh dan ibu kotanya jatuh ke tangan kelompok-kelompok gerilyawan Taliban.
Baca Juga: Kabur Dari Afghanistan, Presiden Ghani Bawa Banyak Uang Tunai
“Mereka berbicara di Kabul. Semua kontak berjalan di sana saat ini. Kedutaan sedang berurusan dengan ini,” kata Zamir Kabulov, yang merupakan perwakilan Presiden Putin, melalui sambungan telepon kepada Reuters.
Kontak dimulai ketika Taliban mengerahkan penjaga ke kedutaan Rusia, setelah pemberontak merebut Kabul.
“Proses itu benar-benar berjalan dengan tenang dan tanpa insiden. Mereka (Taliban) datang dan mengambil alih (kedubes) di bawah penjagaan," katanya.
"Kedutaan kami akan tetap berhubungan dengan perwakilan yang ditugaskan secara khusus dari kepemimpinan tinggi Taliban untuk menyusun mekanisme permanen untuk memastikan keamanan kedutaan kami," katanya.
Komentar itu muncul ketika para pejabat Taliban menyatakan perang telah berakhir dan mengeluarkan pernyataan guna meredakan kepanikan yang telah menyebar di Kabul ketika para gerilyawan, yang memerintah dari tahun 1996 hingga 2001, mengusir pasukan pemerintah yang didukung oleh Amerika Serikat.
Baca Juga: Tega Tinggalkan Rakyatnya, Presiden Afghanistan Dituduh Gondol Banyak Uang
Negara-negara Barat bergegas untuk mengevakuasi staf dari kedutaan mereka di Kabul.
Kabulov menyatakan pada stasiun radio Ekho Moskvy pada Senin bahwa Rusia juga akan menarik sekitar 100 pegawai kedutaannya.
"Sebagian dari staf kami akan dikirim berlibur atau dievakuasi dengan cara lain agar tidak terlalu banyak kehadiran.”
Dia kemudian mengatakan kepada Reuters bahwa langkah tersebut bukanlah evakuasi.
"Beberapa karyawan akan pergi berlibur saat musim panas belum berakhir," katanya.
Dia menolak mengatakan berapa banyak anggota misi Rusia yang akan ditarik dari Afghanistan.
Rusia tidak akan terburu-buru mengambil keputusan terkait apakah pihaknya akan mengakui otoritas Afghanistan yang baru, kata kantor berita RIA mengutip Kabulov.
Dalam komentar di stasiun radio Ekho Moskvy, pejabat tersebut mengatakan bahwa Moskow akan mengawasi tindakan otoritas baru dengan cermat dan kemudian akan membuat keputusan.
Presiden Afghanistan
Presiden Ashraf Ghani telah meninggalkan Afghanistan dengan empat mobil dan satu helikopter yang dipenuhi uang tunai, bahkan ia harus meninggalkan sejumlah uang karena tidak semuanya muat.
Ghani, yang keberadaannya saat ini tidak diketahui, mengatakan dia meninggalkan Afghanistan pada Minggu (15/8/2021) --ketika Taliban mengambil alih Kabul hampir tanpa perlawanan. Ghani mengeklaim dia ingin menghindari pertumpahan darah.
"Empat mobil penuh dengan uang, mereka coba memasukkan sebagian uang itu ke dalam helikopter, tetapi tidak semuanya muat. Dan sebagian uang itu dibiarkan tergeletak di landasan," kata juru bicara kedutaan Rusia di Kabul, Nikita Ishchenko, seperti dilaporkan kantor berita RIA.
Ischenko membenarkan pernyataannya kepada Reuters. Dia mengutip "saksi" sebagai sumber informasinya. Reuters tidak dapat secara independen mengonfirmasi kebenaran dari saksi tersebut.
Rusia telah mengatakan akan mempertahankan keberadaan diplomatik di Kabul dan berharap untuk mengembangkan hubungan dengan Taliban. Bahkan, ketika mengatakan pihaknya tidak terburu-buru untuk mengakui mereka sebagai penguasa negara itu.
Rusia juga mengatakan akan mengamati dengan cermat perilaku Taliban.
"Adapun keruntuhan rezim (yang mundur), itu paling jelas ditandai dengan cara Ghani melarikan diri dari Afghanistan," kata Ishchenko.
Perwakilan khusus Presiden Vladimir Putin di Afghanistan, Zamir Kabulov, mengatakan sebelumnya tidak jelas berapa banyak uang yang akan ditinggalkan oleh pemerintah yang melarikan diri itu.
"Saya berharap pemerintah yang melarikan diri tidak mengambil semua uang dari anggaran negara. Ini akan menjadi landasan anggaran jika ada yang tersisa," kata Kabulov kepada stasiun radio Ekho Moskvy di Moskow. [ANTARA]
Berita Terkait
-
Suriah Bergejolak Lagi: 200 Nyawa Melayang dalam Pertempuran Sengit, Jalan Raya Damaskus-Aleppo Jatuh ke Tangan Jihadis
-
Ingin Selesaikan Konflik Rusia-Ukraina, Donald Trump Tunjuk Jenderal Keith Kellogg
-
Rusia Uji Coba Rudal Oreshnik, Presiden Ukraina Ketar-ketir
-
Perang Suriah Memanas Libatkan HTS vs. Assad, Rusia Dituduh Serang Warga Sipil
-
Tentara Korea Utara Menyamar jadi Warga Lokal di Wilayah Perbatasan Rusia-Ukraina
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Jelang Akhir Pekan, Harga Emas Antam Berbalik Merosot
-
Maskapai Rela Turunkan Harga Tiket Pesawat Selama Libur Nataru
-
Review Hidup Peternak Lele: Game Simulasi Bagaimana Rasanya Jadi Juragan Ikan
-
Jangan Lewatkan! Lowongan Kerja OJK 2024 Terbaru, Cek Syaratnya Di Sini
-
4 Rekomendasi HP Gaming Murah Rp 2 jutaan Memori Besar Performa Handal, Terbaik November 2024
Terkini
-
Waspada! Semarang Berpotensi Hadapi Hujan Lebat dan Angin Kencang Selama Sepekan ke Depan
-
Akademisi UIN Walisongo Soroti Praktik Politik Uang dan Lemahnya Peran Bawaslu di Pilkada 2024
-
Misteri Tewasnya Siswa SMK di Semarang: Polisi Bongkar Makam untuk Ungkap Fakta!
-
Hasil Sementara Pilkada Kendal: Tika-Benny Unggul Signifikan, Ajak Rival Bersatu
-
UMKM Singorojo Bergeliat! Telkomsel Perluas Jaringan Internet di Daerah Terpencil