SuaraJawaTengah.id - Kota Magelang belum beranjak posisi dari level 4 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Padahal jumlah kematian dan kasus aktif Covid sudah menurun drastis.
Di Provinsi Jawa Tengah, tinggal Kota Magelang dan Kabupaten Purworejo yang masih berstatus level 4. Sebanyak 12 kabupaten/ kota berstatus level 2 dan 21 lainnya berada di level 3.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Magelang, Joko Budiyono mengaku tidak ada kendala terkait penanganan Covid di daerahnya. “Tidak ada (kendala). Kita terus mengencarkan kaitannya dengan penanganan Covid-19,” kata Joko Budiyono, Selasa (31/8/2021).
Upaya yang dilakukan Pemkot Magelang antara lain membentuk tim khusus yang menangani fasiltas isolasi terpusat. Tim khusus ini akan memberikan edukasi agar pasien terkonfirmasi Covid langsung dirawat di fasilitas isolasi terpusat.
“Ini sedang minta kepada Dinas Kesehatan untuk menanyakan ke Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, kenapa Magelang masih tinggi,” ujar Joko Budiyono.
Menurut Budiyono kasus penyebaran Covid di Kota Magelang sudah turun secara signifikan. Per tanggal 29 Agustus 2021, terdapat tambahan 1 kasus baru dan 1 pasien meninggal.
Kemudian berdasarkan data Pemkot Magelang, hanya tersisa 95 kasus aktif dengan rincian 18 orang dirawat, 56 menjalani isolasi di rumah, dan 21 terkonfirmasi dirawat di tempat isolasi terpusat.
Dia menduga tingkat penyebaran Covid di Kota Magelang dinilai masih tinggi karena angka kematian (mortalitas) dan rata-rata pasien positif belum sesuai standar minimum.
“Mungkin karena mortalitas-nya masih dianggap tinggi. Kemudian positif ratenya masih dianggap belum sesuai standar. Tracing juga kurang massif. Tapi kondisi sekarang sebenarnya sudah menurun.”
Baca Juga: PPKM Diperpanjang Hingga 6 September, Netizen: Perpanjang Lagi, Jual Apa Lagi Ini
Situasi yang menyebabkan Kota Magelang sulit bergerak ke PPKM level 3 antara lain karena jumlah penduduknya yang sedikit. Padahal standar penentuan level ditentukan oleh perbandingan angka kematian dengan jumlah penduduk.
“Kematian kadang-kadang masih ada 1. Kadang-kadang sehari 2. Padahal angka kematian (akibat Covid) tidak boleh lebih dari 1. Hitungannya kan per 100 ribu penduduk untuk 1 kasus kematian. Jumlah warga kita hanya 100 ribu sekian. Jadi angkanya dianggap masih tinggi,” kata Joko.
Menurut Joko, data yang disampaikan Kota Magelang ke Pusdatin Kementerian Kesehatan adalah data valid di lapangan. “Kita tidak pernah ngumpetke (menyembunyikan) data. Pak Wali Kota nggak kerso (tidak mau). Sudah apa adanya nggak apa. Karena dengan data apa adanya itu, kita akan lebih waspada.”
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Lewat RUPSLB, BRI Optimistis Perkuat Tata Kelola dan Dorong Kinerja 2026
-
Kinerja Berkelanjutan, BRI Kembali Salurkan Dividen Interim Kepada Pemegang Saham 2025
-
Ini Tanggal Resmi Penetapan UMP dan UMK Jawa Tengah 2026: Siap-siap Gajian Naik?
-
Melalui BRI Peduli, BRI Hadir Dukung Pemulihan Korban Bencana di Sumatra
-
Mitigasi Risiko Bencana di Kawasan Borobudur, BOB Larang Pengeboran Air Tanah dan Penebangan Masif