Budi Arista Romadhoni
Selasa, 31 Agustus 2021 | 14:13 WIB
Foto udara proyek pembangunan Jalan Tol Semarang - Demak seksi II di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (13/4/2021). ANTARA FOTO/Aji Styawan

Pihaknya menilai, kondisi di pantai utara semkain tahun semaki parah. Satu sisi di pantai utara dibebani dengan industriasiasi yang sangat masif sehingga menyebabkan penurunan tanah di sana.

Di sisi lain, perubahan iklim dengan  kebijakan energi fosil yang berlebihan menyebabkan naiknya suhu bumi dan air perumkaan laut.

"Penurunan tanah dan ditambah dengan  air laut yang naik tersebut memeperparah dalam kontekas abrasai. Dan hilangnya tanah di Sayung semakain hari semakin  masif," ucapnya.

Keadaan rumah Sayidi di Bedono, Sayung, Kabupaten Demak (suara.com/Dafi Yusuf).

Mitigasi wilayah mangrove yang menjadi salah satu alat untuk mengahambat laju abrasi, malah semakin berkurang.   Hal inilah yang menyebabkan abrasi di Kecamatan Sayung semakin menggila.

Fahmi melanjutkan, jika Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Demak sudah diskusi kebencanaan di Sayung sejak tahun 2010. Bahkan dari beberapa negara, salah satunya Belanda masuk di Demak untuk melakukan riset mencari solusi.

"Namun itu hanya sekedar menjadi program saja," keluhnya. 

Pakar Peneliti geodesi dari Institut Teknologi Bandung, Heri Andreas memprediksi, jika rob dan penurunan tanah yang ada di Kabupaten Demak tak ditangani secara serius pada tahun 2025 Demak akan tenggelam.

"Kalau permassalah yang ada di Demak itu tak diapa-apain jangan nunggu tahun 2050, tahun 2025 Demak juga akan tenggelam," ujarnya beberapa waktu yang lalu melalui zoom metting.

Kontributor : Dafi Yusuf

Baca Juga: Banjir Rob Terus Terjadi, Rumah di Demak Kian Pendek, Ancaman Tenggelam Semakin Nyata

Load More