SuaraJawaTengah.id - "Sampun pas pak (sudah pas pak)?," tanya Harno (52) pemijat berkebutuhan khusus di Kota Semarang. Di bilik ukuran sekitar 2x3 meter, dia memijat pasien yang datang dari Kecmatan Mijen.
Sebuah rumah ala kadarnya yang terletak di Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan Semarang itu, dia dengan delapan temannya yang lain membuka jasa panti pijat yang sudah dia rintis sejak 2007.
Harno dan teman-temannya merupakan orang berkebutuhan khusus kategori tunanetra. Menjadi tukang pijat merupakan salah satu pilihan yang paling masuk akal di kondisinya saat ini.
Untuk jalanpun dia harus merayap di tembok untuk mengetahui arah jalan. Untung dia sudah bertahun-tahun membuatnya sedikit banyak hafal kondisi rumah yang dia kontrak bersama teman-temannya itu.
Meski terlihat kesulitan untuk berjalan, beda cerita ketika dia sudah memijat. Saat memijat, dia seolah-olah melihat bagian-bagian penting yang perlu dipijat di tubuh pelanggan.
"Giamana pak? sudah pas apa belum, kalau kurang saya tambahin," tanya Harno kepada pelanggan, Kamis (2/9/2021).
"Tambahin sedikit di bagian telapak kaki pak," timbal pelanggan tersebut.
Selain memijat, Harno memang aktif berinteraksi dengan pelanggannya. Bahkan, tak jarang juga pelanggan yang datang berkonsultasi perihal kebugaran tubuh hingga hal-hal yang bersifat privat.
Hal itulah yang membuat panti pijat milik Harno itu mempunnyai banyak pelanggan. Yang datang juga beragam mulai dari anak muda hingga orang tua.
Baca Juga: Jumpa PSIS di Pekan Pembuka Liga 1, Persela Termotivasi Akhiri Rekor Buruk
"Kebanyakan itu pelanggan yang datang," ujarnya.
Namun usahanya kini mulai kembang-kempis lantaran pendapatannya menurrun derastis. Jika dia bandingkan dengan sebelum pandemi, penghasilannya turun hingga 50 persen.
"Sekarang itu pemasukannya sedikit namun pengeluarannya banyak," jelasnya.
Sebelum pandemi, pelanggan yang datang ke panti pijat miliknya itu bisa sampai 40 hingga 60 orang. Tak heran jika di panti pijat miliknya itu ada sembilan pemijat yang berasal dari berbagai daerah.
"Ada yang dari Cilacap, Magelang, Purworejo, Jawa Timur, dan Wonosobo juga ada," ujarnya.
Selama pandemi setiap pemijat hanya bisa mendapatkan 1-2 pelanggan. Padahal, ketika sebelum pandemi setiap pemijat bisa mendapatkan 4-5 pelanggan saben harinya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Kolaborasi Lintas Budaya, BRI dan PSMTI Jawa Tengah Gelar Pengajian Kebangsaan di MAJT Semarang
-
Konektivitas Aceh Pulih, Kementerian PU Janjikan Jembatan Permanen
-
Urat Nadi Aceh Pulih! Jembatan Krueng Tingkeum Dibuka, Mobilitas Kembali Normal
-
7 Perbedaan Toyota Agya G dan Daihatsu Ayla R yang Perlu Kamu Tahu Sebelum Membeli
-
Fitur Reksa Dana BRImo Jawab Kebutuhan Investasi Nasabah Modern Digital