Budi Arista Romadhoni
Kamis, 30 September 2021 | 09:30 WIB
Gedung SI Merah di Semarang menjadi bukti jejak Semaun sang pendiri PKI (suara.com/Dafi Yusuf)

Sebab dengan adanya Volksraad berarti mengadakan kerjasama dengan  pemerintah kolonial. Dalam  kongres  Sarekat  Islam yang ketiga, pengaruh Semaoen  makin  meluas.

Hal  ini  terlihat  dengan  terorganisirnya kaum buruh dan kaum tani dengan dibentuk  sentral-sentral  Sarekat  ekerja.  

Dalam  menghadapi  pemerintah  kolonial  Belanda,  Sarekat  Islam  Semarang  terdapat  dua  kubu  yakni  kubu Semaoen dan kubu  Abdoel  Moeis.  

Semaunn  lebih  radikal  sedangkan Abdoel Moeis  lebih  kooperatif.  Pertentangan antara  Semaun  dengan  Abdoel Moeis dalam masalah Volksraad dan perbedaan pandangan  mengakibatkan  perpecahan dalam tubuh Sarekat Islam  itu  sendiri.

Yaitu Sarekat Islam Putih (SI Putih) , yang  tetap  mempertahankan  dasar agama  yang  dipimpin  oleh  Cokroaminoto  dan  Abdoel  Moeis dan Sarekat  Islam  Merah  (SI  Merah),  yang  bersifat mempertahankan  ekonomis  dogmatis yang  dipimpin  oleh  Semaoen dan Darsono.

Hal itulah yang membuat SI yang dipimpin Semaun itu dijiluki sebagai SI Merah. Namun, tak lama kemudian Semaun digantikan oleh Tan Malaka karena dia berangkat ke Uni Soviet untuk menghadiri kongres.

Menurut Tsabit, pada Mei 1922 Semaun dikabarkan kembali ke Hindia Belanda (Indonesia) dari Uni Soviet. Saat kembali ke Hindia Belanda kondisi Partai PKI tak begitu baik karena keterlibatan Partai PKI mendukung aksi pemogokan serikat buruh.

Dukungan PKI terhadap pemogokan buruh itu juga harus dibayar mahal, karena Tan Malak akhirnya diusir oleh Pemerintahan Hindia Belanda pada waktu itu.

"Namun pada 1923 Semaun juga ditahan karena pemogokan buruh kereta api. Setelah ditahan, dimaun diusir dan menetap di Amsterdam," paparnya.

Baca Juga: Sejarah Hari Kesaktian Pancasila dan Maknanya bagi Bangsa Indonesia

Di Belanda, Semaun menjalin hubungan dengan Perhimpunan Indonesia yang merupakan salah satu organisasi mahasiwa Indonesia di  Belanda pada waktu itu.

Pada November 1926 dan Januari 1927 pemberontakan PKI di Jawa dan Sumatera pecah. Banyak orang PKI yang dibuang ke Digul, beberapa juga berhasil kabur ke Uni Soviet.

Menurutnya, di Eropa Timur Semaun dan teman-temannya mulai mengkampanyekan kemerdekaan Indonesia. Terbukti beberapa negara Eropa Timur seperti Ukraina menjadi salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia.

"Jadi selain bangsa Arab, sebenarnya negara Eropa Timur juga mendukung kemerdakaan Indonesia ketika awal-awal dikampanyekan," ucapnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More