Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 21 Oktober 2021 | 16:11 WIB
Rudy sedang membibit tanamannya. [Suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Bersamaan dengan suara adzan dzuhur, Rudy (54) seorang petani asal Boja, Kabupaten Kendal itu beristirahat di sebuah gubuk yang berada di pojok kebun miliknya.

Sesekali, Rudy mengelap keringat yang membasahi tubuhnya. Saat itu cuaca sedang mendung, hal itu membuat Rudi was-was karena banyak bibit yang masih kecil di kebunnya.

Sebelumnya, Rudy merupakan karyawan yang bergelut di bidang fenance. Namun, pandemi membuat perusahaan tempat Rudy bekerja mengalami kemunduran.

Beberapa karyawan kena PHK dan sebagian yang lainnya dikurangi jam kerjanya. Rudy adalah salah satu karyawan yang terkena badai PHK itu.

Baca Juga: Benua Etam Belajar dari Kampung Purun Kalsel, Tanaman Liar Bisa Diolah Jadi Anyaman Mahal

Sejak terkena PHK, Rudy sempat kesulitan mencukupi kebutuhan keluarga. Bahkan untuk makan saben hari saja dia harus berhitung berkali-kali agar cukup untuk kebutuhan hidup hari berikutnya.

Saat itu, kondisi Rudy benar-benar terpuruk. Yang ada di pikiran Rudy hanya nasib anak-anak dan istrinya agar bisa melalui ujian yang berat itu.

Tak mau bersedih terlalu lama, dia sadar jika nasib keluarganya ada di pundaknya. Akhinya, sejak tahun 2020 Rudy memilih untuk menekuni bisnis pertanian dengan modal seadanya.

Rudy memulai bisnis tanaman dengan cara menjualkan tanaman milik saudaranya. Dia ingat betul, tanaman pertama yang dia jual adalah pohon jeruk milik saudaranya.

Dia tak menyangka jika pohon jeruk yang dia jual mempunyai laba yang cukup banyak. Hal itu menambah kepercayaan Rudy untuk berjualan tanaman lebih giat lagi.

Baca Juga: Ini Beda Aquaspace dan Akuarium ala Takashi Amano yang Sering Dikira Sama

"Ya pertama itu pohon jeruk milik keluarga saya, ternyata untungnya lumayan. Akirnya saya tambah semangat lagi," jelasnya saat ditemui di kebun miliknya, Kamis (21/10/2021).

Setelah sukes menjual pohon jeruk, Rudy kemudian mencoba untuk membeli tanaman yang lain. Namun saat itu Rudy masih mempunyai kendala lain, salah satunya soal lahan untuk menaruh tanaman.

Akhirnya, dia terpaksa menitipkan tanamannya di rumah temannya yang berada di Krapyak, Kota Semarang. Dia tak masalah, meski jarak rumah Rudy dan rumah temannya itu cukup jauh.

"Teman saya kebetulan juga suka tanaman jadi tak apa-apa. Saya dibantu dia, namun saya juga harus sering memeriksa ke sana," paparnya.

Karena tak mempunyai lahan yang cukup untuk dijadikan kebun, membuat Rudy memilih media online sebagai tempat penjualan dan media promosi tanaman miliknya.

Rudy tak menyngka jika di media online cukup banyak orang yang mencari tanaman. Seiring dengan berjalannya waktu, laba dari jualan tanamannya itu dia putar untuk membeli tanaman jenis yang lain.

Lambat laun, koleksi tanaman miliknya bertambah banyak begitupula dengan pembeli tanaman miliknya. Setengah tahun kemudian Rudy akhirnya mempunyai kebun sendiri yang berada di Kendal.

Kebun itulah yang dia namakan sebagai kebun Biar Cepet Laris (BCL). Dia sengaja menggunkan singkatan BCL karena banyak orang yang sudah familiar dengan singkatan tersebut.

"Kalau pakai BCL kan sudah banyak yang tau ya soalnya singkatan nama artis juga," katanya.

Saat ini, bisnis tanamannya sudah mulai stabil. Bahkan, Rudy sudah mempunyai dua kebun yang terletak di Kota Semarang dan Kabupaten Kendal.

"Ada juga tempat lain di Semarang, tapi itu sistemnya kerjasama. Kalau itu dihitung sekarang kebunnya ada tiga," ucapnya.

Selain sudah mempunyai beberapa kebun, penghasilan Rudy dari bisnis tanaman juga ikut bertambah. Dalam satu bulan saja, penghasilan Rudy bisa sampai puluhan juta.

"Saya bersyukur, di balik musibah ternyata ada berkah," paparnya.

Salah satu pembeli, Wulandari Yunika mengaku sudah berlangganan membeli tanaman di kebun Rudy. Dia mengaku jauh-jauh dari Demak sengaja ingin melihat tanaman milik Rudy.

"Kalau beli di sini itu enak, bisa sambil belajar juga," pungkasnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More