Ronald Seger Prabowo
Senin, 08 November 2021 | 14:35 WIB
 Kondisi SD Bedono 1, Kabupaten Demak yang terkena dampak abrasi. [Suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Suara gemuruh ombak terdengar di belakang tembok sekolah SD Bedono 1 Keamatan Sayung, Kabupaten Demak. Hampir setiap hari, pengajar dan anak didik di SD tersebut sudah terbiasa dengan hal itu.

Hingga pada suatu malam, handphone Wasiul maghfiroh seorang guru agama SD Bedono 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak berdering menerima pesan WhatsApp dari group wali murid.

Setelah dia lihat, isi pesan tersebut ternyata foto dan video rumah-rumah warga yang kemasukan air rob di dekat tempat dia mengajar.

Hal itu sontak membuatnya tak bisa tidur, di bergegas menghubungi penjaga sekolah untuk melihat kondisi sekolah tempat dia mengajar di SD Bedono 1. Setelah beberapa menit menit Wasiul, akhirnya dia mendapatkan kabar butuk.

Ya, sekolah tempat dia mengajar juga ikut rusak oleh amukan air laut. Tembok gedung yang berbatasan langsung dengan bibir laut juga jebol tak kuasa menahan tekanan air laut.

Dari keseluruhan ruangan, kini hanya tersisa tiga ruangan yang saat itu juga ikut tenggelam karena posisinya lebih rendah dibandingkan dengan posisi halaman.

Sebenarnya, pihak sekolahan sudah beberapa kali meninggikan ruangan kelas agar tetap bisa digunakan  untuk belajar, namun usaha tersebut seperti sia-sia.

Hampir setiap hari air rob memaksa untuk masuk ke dalam ruangan kelas. Dia sadar betul sekolah tersebut memang  sudah tak layak digunakan untuk sarana pendidikan.  

"Namun mau gimana lagi, " paparnya, Selasa (8/11/2021).

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa

Paginya dia dan beberapa guru yang lain melihat kondisi SD Bedono 1 Kabupaten Demak. Sesampainya di lokasi, dia benar-benar kaget. Banyak gendung yang rusak.

Selain itu, beberapa peralatan untuk mengajar seperi meja, kursi, papan tulis,  buku dan beberapa berkas  yang juga hanyut terseret ombak.

"berkas dan buku banyak yang hilang juga," katanya menceritakan.

Karena ruangan tak memungkinkan untuk melaksanakan pembelajaran, akhirnya para siswa terpaksa belajar di luar ruangan.

Beberapa ada yang belajar di warung, dermaga dan lapangan. Padahal, saat itu para siswa sudah mendekati waktu untuk ujian sekolah.

"Kebetulan satu kelas hanya 15 siswa ya jadi bisa leluasa. Sambil melakukan pelajaran di luar ruangan, ruang kelas mulai diurug. Alhamdulillah saat itu para siswa bisa melakukan ujian," ucapnya.

Load More