SuaraJawaTengah.id - Suara ombak bergemuruh di Pesisir Kota Semarang. Ganasnya ombak beberapa hari ini memaksa para nelayan di Kota Semarang mengungsikan perahu mereka ke tempat yang lebih aman.
Di Taambaklorok, Kota Semarang para nelayan terlihat gugup. Mereka menyembunyikan perahunya di Kali Benger. Ratusan perahu berdesakan di kali tersebut.
Di sana ratusan perahu nelayan berjubel hampir mencapai satu kilometer panjangnya. Perahu-perahu tersebut sengaja ditambatkan karena nelayan takut melaut.
Bidang Bantuan dan Sosialisasi Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Semarang, Amron S mengatakan, ratusan perahu nelayan dipindah ke tempat yang lebih aman.
Baca Juga: Viral Polisi Gerebek Arena Sabung Ayam, Pelaku Kocar-kacir Ceburkan Diri ke Empang
"Mulai kemarin dipindahkan soalnya arus laut cukup besar," jelasnya saat ditemui di Kali Benger, Kamis (13/1/2021).
Hal itu membuat ratusan nelayan di Kota Semarang berhenti melaut. Dia memperkirakan, kondisi seperti itu akan bertahan selama berminggu-minggu.
"Kalau mengacu pada tahun kemarin ya sampai berminggu-minggu. Di sini ada sekitar 800 nelayan, semuanya pada libur karena ombak besar," katanya.
Sampai saat ini, KNTI sedang melakukan pendataan perahu nelayan yang rusak. Berdasarkan informasi yang dia dapatkan, sudah ada beberapa perahu milik nelayan Semarang yang rusak karena hantaman ombak besar.
"Datanya belum masuk semua, ini kita baru pendataan," ucapnya sambil memperlihatkan kondisi beberapa perahu yang retak.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem Bikin Nelayan Sumsel Jeda Melaut Lebih Lama
Salah satu nelayan, Sholiqin mengatakan, selain mengungsikan perahu, ratusan nelayan juga tak berani melaut meski terancam tak dapat pemasukan untuk kebutuhan keluarga.
Dia mengaku takut mencari ikan di laut lantaran ombak yang cukup besar. Hal itu membuatnya memilih untuk libur daripada kehilangan nyawa.
"Dari pada nyawa hilang, mending libur," ujarnya.
Jika dia ingat, badai besar sudah terjadi sejak empat hari yang lalu. Sejak saat itu, para nelayan sudah mulai mengungsikan perahu mereka ke tempat yang lebih aman.
"Yang paling besar itu kemarin, besar gelombangnya sampai 2 meter lebih," ujarnya.
Kali Benger saat ini menjadi tempat pengungsian ratusan nelayan. Hampir setiap hari perahu para nelayan selalu berdatangan untuk ikut mengungsi.
Perahu yang tadinya bersandar di dermaga pindah ke Kali Bener untuk menghindari gelombang besar.
"Kalau di dermaga posisinya tak ada pemecah gelombang jadi langsung berhadapan dengan laut," katanya.
Nelayan Berjaga di Pos Penjagaan
Ketua DPD Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kota Semarang, Slamet Ari Nugroho mengatakan, pos jaga tersebut merupakan janji dari Wali Kota Semarang kepada nelayan yang ada di Tambaklorok beberapa bulan yang lalu.
"Nelayan mengeluh mereka setiap awal dan akhir tahun sering tidur di dermaga jaga kapal," jelasnya saat ditemui di pos penjagaan.
Berdasarkan informasi yang dia peroleh, badai La Nina akan terjadi di bulan Desember, Januari dan Febuari. Tak menutup kemungkinan, badai La Nina akan datang di bulan-bulan tersebut.
"Nelayan kalau bulan-bulan itu pada jarang tidur. Mereka tidur di dermaga, jadi kalau ada air hujan yang menggenangi kapal bisa langsung mereka kuras biar tak tenggelam," katanya.
Tahun sebelumnya, ratusan kapal nelayan di Kota Semarang pada rusak karena disebabkan oleh badai La Nina. Data yang dia peroleh sebagai 228 kapal rusak karena terjangan ombak.
"Bulan Desember 2020 ada 28 kapal, Febuari ada 200 kapal yang rusak dan 3 tenggelam," ucapnya.
Di tahun ini, juga sudah ada dua nelayan yang melapor kapalnya rusak karena gelombang laut yang cukup besar. Kejadian tersebut baru terjadi sekitar satu minggu yang lalu.
"Kalau yang tenggelam swadaya kerja bakti antar nelayan. Dari pemerintah jarang ada bantuan," imbuhnya.
Menurutnya, dengan adanya pos penjagaan tersebut membantu para nelayan jika sedang terjadi gelombang laut yang besar. Selain bisa berteduh saat hujan, posko tersebut juga terbilang safety.
"Dengan adanya pos penjagaan tersebut mereka bisa jaga tanpa takut kehujanan," ucapnya.
Salah satu nelayan, Miyoto mengaku terbangun dengan adanya posko tersebut. Menurutnya, bangunan tersebut bisa digunakan sebagai tempat untuk berteduh saat hujan.
"Sebenarnya sebelum ada posko itu warga kalau ada gelombang besar juga tiap malam jaga," paparnya.
Kontributor : Dafi Yusuf
Berita Terkait
-
Rekam Jejak Hendrar Prihadi Sebelum jadi Cawagub Jawa Tengah
-
Cek Fakta: Ahmad Luthfi Sebut Jumlah Penduduk Muslim di Jawa Tengah Capai 97 Juta Jiwa, Benarkah?
-
Cek Fakta: Andika Perkasa Sebut Wisatawan Mancanegara Menginap Kurang dari 2 Malam di Jawa Tengah, Apa Iya?
-
Video Kampanye Prabowo di Pilkada Jateng, Bawaslu: Bukan Pelanggaran!
-
Bawaslu Ungkap Video Prabowo Kampanyekan Luthfi-Yasin Direkam di Rumah Jokowi
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
-
Drama Praperadilan Tom Lembong: Kuasa Hukum Bongkar Dugaan Rekayasa Kesaksian Ahli
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
Terkini
-
Jokowi Sampai Turun Gunung ke Semarang, Optimis Luthfi-Yasin Menang di Pilgub Jateng
-
Dramatis! Evandro Brandao Jadi Pahlawan, PSIS Curi Poin di Kandang Persik Kediri
-
Cari Rumah Baru di Ibu Kota Jatim Sesuai Fengshui? Hadiri BRI Property Expo 2024 Goes to Ciputra Surabaya
-
Jelang Pencoblosan, PAN Jateng Dorong Pilkada Berlangsung Damai, Ini Alasannya
-
Ngerinya Tanjakan Silayur: Titik Kritis Kecelakaan yang Kini Jadi Prioritas Pemerintah Kota Semarang