SuaraJawaTengah.id - Mendengar kue keranjang, sangat lekat dengan perayaan Imlek. Beberapa toko di Pecinan kini sudah mulai jualan kue keranjang untuk menyambut Imlek tahun ini.
Bagi sebagian warga Tionghoa, menjual kue keranjang tak hanya untuk mencari keuntungan namun juga untuk menjaga warisan budaya leluhur dalam bentuk makanan.
Kue keranjang mempunyai arti tersenidir bagi Umat Tionghoa. Kue Keranjang juga mempunyai nama lain. Makanan tersebut juga disebut Nian Gao ini merupakan kue tradisional Tionghoa.
Pedagang di Jalan Wotgancul Timur, Pecinan, Yanti mengaku sudah puluhan tahun jualan kue keranjang. Dulu, keluarganya memproduksi kue keranjang. Namun, saat ini dia hanya menjual.
Baca Juga: 16 Pantangan Saat Imlek Agar Tak Mendapat Nasib Buruk: Dilarang Keramas, Anak Tidak Boleh Menangis
"Dulu ibu saya yang membuat. Tapi sekarang tak ada yang bisa," jelasnya saat ditemui di lokasi, Sabtu (22/1/2022).
Sebenarnya, ada dua jenis kue keranjang. Pertama adalah kue keranjang yang diproduksi pabrik dan kedua merupakan kue keranjang yang dibuat secara tradisional.
"Kalau yang tradisional ada bungkus daunnya," ujarnya.
Namun, dia juga tak mempungkiri jika kue keranjang paling banyak terjual adalah hasil buatan pabrik yang dibungkus plastik.
"Biasanya satu kilogram berisi empat buah seharga Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu," katanya.
Baca Juga: Peruntungan Shio Ular di Tahun Macan Air 2022: Cinta, Karir, dan Kekayaan
Hal yang berbeda dirasakan pedagang yang lain, Siu mengaku baru jualan kue keranjang sejak satu minggu yang lalu. Biasanya, dia hanya jualan kue nopia dan beberapa makanan ringan.
“Ini mulai jualan (kue keranjang) lagi, baru sekitar seminggu,"katanya.
Rata-rata kue keranjang yang dipasarkan di kawasan Pecinan adalah hasil kulakan dari luar kota. Menurut Siu, saat ini di Kota Semarang sudah sangat jarang yang mau membuat kue keranjang.
"Kue keranjang ini merupakan buatan pabrik di Pekalongan. Saya beli dari sana," katanya.
Untuk Imlek tahun ini, dia belum bisa memprediksi apakah penjualan kue keranjang tahun ini laku banyak atau tidak. Pasalnya sejak pandemi, pendapatannya mengalami penurunan.
"Jadi tak hanya jualan, ini juga untuk menghidupkan budaya leluhur. Kalau Imlek disarankan makan yang manis-manis," paparnya.
Kontributor : Dafi Yusuf
Berita Terkait
-
Pinjam Kantor Polisi, KPK Periksa Ketua DPRD Semarang Terkait Kasus Korupsi Walkot Ita
-
Periksa Anggota DPRD Kota Semarang, KPK Cecar Soal Pengaturan Lelang di Pemkot
-
Amankan Puluhan Pelajar, Polisi Panggil Ortu untuk Tanyakan Apa Alasan Siswa SMK Ikut Aksi di Depan DPRD Kota Semarang
-
Mengintip Isi Garasi Calon Wali Kota Semarang Yoyok Sukawi, Ada Mobil Listrik hingga Minibus Dibawah Rp100 Juta
-
Mahasiswa Dorong Gerbang Balai Kota Semarang hingga Roboh, Tuntut Jokowi Mundur!
Terpopuler
- Profil dan Agama Medina Dina, Akan Pindah Agama Demi Nikahi Gading Marteen?
- Ngaku SMA di Singapura, Cuitan Lawas Chilli Pari Sebut Gibran Cuma SMA di Solo: Itulah Fufufafa..
- Baim Wong Terluka Hatinya, Olla Ramlan Maju Senggol Paula Verhoeven: Ego Laki Jangan Disentil Terus
- Rumah Baru Sarwendah Tersambar Petir
- Beda Kekayaan AKP Dadang Iskandar vs AKP Ryanto Ulil di Kasus Polisi Tembak Polisi
Pilihan
-
Pemetaan TPS Rawan di Kaltim: 516 Lokasi Terkendala Internet
-
Siapa SS? Anggota DPR RI yang Dilaporkan Tim Hukum Isran-Hadi Terkait Politik Uang di Kaltim
-
Proyek IKN Dorong Investasi Kaltim Capai Rp 55,82 Triliun Hingga Triwulan III
-
Tim Hukum Isran-Hadi Ungkap Bukti Dugaan Politik Uang oleh Anggota DPR RI Berinisial SS
-
5 Rekomendasi HP Murah Mirip iPhone Terbaru November 2024, Harga Cuma Rp 1 Jutaan
Terkini
-
Dukung Pilkada, Saloka Theme Park Berikan Promo Khusus untuk Para Pemilih
-
Top Skor El Salvador Resmi Gabung PSIS Semarang, Siap Gacor di Putaran Kedua!
-
Kronologi Penembakan GRO: Dari Tawuran hingga Insiden Fatal di Ngaliyan
-
Kasus Pelajar Tertembak di Semarang, Ketua IPW: Berawal Tawuran Dua Geng Motor
-
Tragedi Simongan: Siswa SMK Tewas Terkena Peluru Nyasar Saat Polisi Lerai Tawuran?