Ronald Seger Prabowo
Kamis, 27 Januari 2022 | 19:45 WIB
Altar Keris Mbah Kuntjung yang ada di Klenteng Boen Tik Bio Banyumas, Selasa (26/1/2022). [Suara.com/Anang Firmansyah]

Sejak tahun 2000 keberadaan altar Mbah Kuntjung sempat berpindah-pindah posisi. Yang awalnya di sebelah pojok selatan timur kemudian dipindah ke sisi utara bangunan klenteng usai mengalami kebakaran pada tahun 2012.

"Memang pusaka Mbah Kuntjung setelah mengalami kebakaran pindahkan sementara sambil perbaikan. Setelah bangunan selesai dibangun pada tahun 2016, altar Mbah Kuntjung kita tempatkan di sayap sebelah utara timur dari bangunan klenteng. Jadi kalau mau sowan tidak perlu masuk ke bangunan klenteng," ungkapnya.

Sejak ditempatkan di sisi utara bangunan klenteng, altar Mbah Kuntjung hampir setiap hari terdapat jajanan pasar. Pengirim berasal dari berbagai latar belakang bukan hanya keturunan Tionghoa saja.

"Ada orang yang istilahnya kirim selamatan untuk kehidupan keluarga mereka. Itu hampir tiap hari, kosong hanya pada hari Sabtu. Karena memang orang Banyumas menghindari hari itu. Tapi yang paling banyak jajanan pasar pada hari Senin Wage, Selasa Kliwon, Kamis Wage, dan Jumat Kliwon. Jumlahnya bisa sampai puluhan. Yang ngirim itu umat dan penghayat kepercayaan. Ada yang dari luar kota juga," tuturnya.

Untuk menggambarkan keistimewaan Mbah Kuntjung, tidak sembarang orang bisa menjamas pada saat menjelang Hari Raya Imlek.

Khusus untuk tiga keris Mbah Kuntjung dimandikan secara terpisah dengan patung para suci. Hanya juru kunci keturunan kedua yaitu Edi Sumarno yang boleh bertugas menjamas pusaka itu.

"Pak Edi Sumarno ini telah lima tahun menjalani tugas sebagai pencuci keris. Dia menggantikan Rakam, yang sudah berpulang terlebih dahulu," tutupnya.

Kontributor : Anang Firmansyah

Baca Juga: Jelang Imlek, Pedagang Musiman di Glodok Mulai Jajakan Perlengkapan dan Pernak-pernik

Load More