Budi Arista Romadhoni
Kamis, 03 Februari 2022 | 11:06 WIB
Hoo Gien Hwat atau dikenal sebagai Suhu Hwat berdoa di depan altar Avalokitesvara atau Dewi Kwan Im. [suara.com/ Angga Haksoro Ardi]
Umat Tri Dharma di Kabupaten Temanggung membersihkan rupang dewa di Kelenteng Kong Ling Bio Temanggung. [ANTARA/Heru Suyitno]

Menjelang Imlek, seluruh wadah dupa dibersihkan. Abu dupa diayak hingga halus untuk kemudian dikembalikan ke wadah semula. “Sebagai ungkapan penghormatan. Abu dupa tidak dibuang. Tiap tahun diayak saja. Ini sudah 40 tahun lebih,” kata Suhu Hwat.

Menurut Suhu Hwat, sekarang tidak banyak lagi orang Tionghoa yang menyediakan altar pemujaan di rumah. Kebanyakan mereka tidak memiliki waktu untuk mengurus altar.

Padahal dalam merawat altar terkandung nilai-nilai penghormatan dan spiritual yang tinggi. “Kalau benda-benda ini saja kita merawat dengan hati-hati dan hormat, apalagi dengan yang bernyawa. Harusnya kan lebih. Generasi sekarang sudah nggak mau repot.”

Meski belakangan generasi Tionghoa ada yang mulai tertarik merawat altar, mereka kalah dengan ketekunan orang-orang keturunan India. “Sebagian besar rumah pasti ada altarnya. Dari anak-anak memang sudah dididik begitu.”

Menurut Suhu Hwat, agama Hindu mengenal perhitungan tahun yang mirip dengan ilmu feng shui. Primbon yang dikenal oleh masyarakat Jawa juga peninggalan agama Hindu.  

“Perhitungan yang di primbon itu kan peninggalan Hindu. Tapi yang primbon ini kan cuma mengikuti yang sudah ada. Hanya dicetak ulang, tapi tidak mengikuti pergeseran waktu atau tahun,” katanya

Di India masih banyak pendeta Hindu yang mempelajari ilmu pergesaran tahun berdasarkan perubahan posisi Jupiter, Venus, dan Mars.

Sebelum pandemi, minimal sebulan sekali Suhu Hwat berangkat ke Jakarta memenuhi panggilan para klien. Kebanyakan orang-orang keturunan India.

Mereka berkonsultasi soal tata letak rumah, tempat usaha, karir atau jenis pekerjaan yang cocok. Mayoritas warga India di Jakarta menggeluti usaha tekstil, garmen, alat olah raga, atau produksi film.

Baca Juga: Viral Video Kerumunan Diduga Perayaan Imlek di Sebuah Mal, Netizen: Siapa yang Kasih Izin sih?

Salah satu kliennya saat ini menduduki posisi penting di salah satu perusahaan impor film. Suhu Hwat menyarankan orang ini alih profesi sesuai feng shui, setelah bisnis penjualan kainnya bangkrut.

Suhu Hwat menegaskan, ilmu feng shui bukan ilmu ramalan. Feng shui hanya membantu orang membuat keputusan sesuai kejadian yang pernah terjadi di masa lalu.

“Kedepan itu cuma support saja. Misal kamu cocoknya rumah menghadap kemana, usaha apa. Kedepannya cuma itu saja.”

Feng shui menurut Suhu Hwat juga tidak bertentangan dengan ajaran agama apapun. Feng shui dianggap identik dengan ajaran Taoisme sebab pertama kali disebarkan oleh para pendeta aliran Tao.

“Ini betul-betul ilmu pengetahuan. Cuma pengembangan ilmu ini dari sananya (Tiongkok) kebanyakan yang membawa pendeta Taoisme.”

Feng shui dapat dipelajari lewat buku Tong Shu/ Guang Jin yang diterbitkan di Taiwan setiap tahun. Buku yang biasa disebut “Chinese Almanak Book” ini salah satunya memuat pedoman mencari hari baik sesuai feng shui.

Load More