SuaraJawaTengah.id - Mahalnya kedelai impor menjadi perhatian banyak pihak. Sebab ukuran tahu dan tempe yang menjadi makanan favorit masayarakat menjadi semakin kecil.
Selain itu, perajin tahu dan tempe juga sempat mogok produksi. Hal itu untuk mengkritisi mahalnya kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat.
Lalu bagaimana sebenarnya kualitas kedelai lokal?
Kualitas kedelai yang dihasilkan petani di Kabupaten Grobogan, sebenarnya bisa bersaing dengan kedelai impor, hanya saja luas areal tanaman komoditas tersebut belum mampu memenuhi permintaan pasar.
Baca Juga: Rapor Buruk Pangadaan Bahan Pangan, Setelah Minyak Goreng Kini Kedelai Impor Mahal
"Mayoritas petani bersedia menanam tanaman kedelai ketika harga jualnya tinggi seperti sekarang ini, sehingga banyak petani yang berminat menanam karena luas areal tanamnya saat ini mencapai 1.100 hektare atau lebih luas dibandingkan sebelumnya," kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan Sunanto dikutip dari ANTARA di Grobogan, Kamis (25/2/2022).
Ia mencatat selama beberapa tahun terakhir ada kenaikan luas areal tanam tanaman kedelai. Jika pada tahun 2019 tercatat hanya 6.000 hektare, kemudian pada tahun 2021 luasnya melonjak menjadi 15.000 hektare.
Selain itu, kata dia, kualitas kedelai dari Grobogan juga bersaing dengan kedelai impor. Setiap 100 biji kedelai impor bobotnya hanya 16 gram, sedangkan kedelai asal Grobogan dengan jumlah yang sama bobotnya mencapai 18 gram.
Ia mengakui ada beberapa daerah yang petaninya memang fokus menanam tanaman kedelai, di antaranya tersebar di beberapa desa di Kecamatan Pulokulon. Baik musim tanam pertama maupun kedua dan ketiga, petani setempat tetap menanam tanaman kedelai. Sementara luas lahan di Kecamatan Pulokulon yang berpotensi ditanami komoditas kedelai mencapai 2.000 hektare.
Sementara itu petani di wilayah lainnya baru menanam kedelai ketika harga jualnya tinggi, sehingga wajar penanaman kedelai terkadang menurun karena kalah bersaing dengan komoditas tanaman pangan lain ketika harga kedelai tidak menarik bagi petani, meskipun banyak daerah yang menunggu pasokan kedelai dari Grobogan.
Baca Juga: Waduh! Gara-gara Harga Kedelai Impor Naik, Perajin Tahu di Banjarnegara Terpaksa Kurangi Karyawan
Upaya pemerintah memberikan dukungan terhadap petani kedelai, katanya, cukup besar, mulai dari benih unggul hingga bantuan pupuk. Benih kedelai saat ini juga sudah berbeda dengan benih sebelumnya karena dari sisi ukuran juga lebih besar dibandingkan kedelai impor, sehingga bisa menghasilkan sari yang lebih banyak.
Dalam rangka memenuhi permintaan pasar yang masih cukup tinggi, sejak tahun 2010 diterapkan sistem "methuk" (jawa) atau jemput yang merupakan teknologi pengembangan kedelai yang diadopsi dari kearifan lokal petani di Grobogan.
Sistem "methuk" merupakan pengembangan kedelai yang disinergikan dengan pengembangan jagung melalui model tanam tumpang gilir antara tanaman jagung dan kedelai. Sistem ini tidak mengurangi tanaman jagung petani, bahkan bisa menambah penghasilan petani karena populasi tanaman keduanya masih tetap sama.
Penanaman kedelai dilakukan saat jagung berumur 80-90 hari, sehingga ketika jagung panen tanaman kedelai sudah berumur sekitar satu bulan. Selang 45 hari kemudian kedelai bisa dipanen.
Dengan cara tanam sistem tersebut, juga meningkatkan kesuburan tanah karena tanaman kedelai akan meningkatkan bakteri rhizobium di dalam tanah, sehingga kandungan Nitrogen (unsur N) akan meningkat sehingga meningkatkan produksi jagung. Sistem "methuk" juga berpotensi menghemat penggunaan pupuk.
Berita Terkait
-
Grobogan Bukan Cuma Sawah, Ini 5 Kuliner Tersembunyi yang Wajib Dicoba
-
Viral Pencari Bekicot Dituduh Mencuri Oleh Polisi, Kapolres Grobogan Minta Maaf, Aipda IR Diperiksa Propam
-
Bye Elpiji 3 Kg! Warga Grobogan Manfaatkan Gas Rawa untuk Memasak, Kok Bisa?
-
Mereka yang Kehilangan Nyawa Demi Antre Gas Melon
-
10 Perjalanan Kereta Dibatalkan Gegara Jalur Grobogan Terputus, Cek Informasi Terkini KAI
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Diwarnai Parade Gol Indah, Borneo FC Tahan Persib Bandung
-
Persija Terlempar dari Empat Besar, Carlos Pena Sudah Ikhlas Dipecat?
Terkini
-
Semarang Diprakirakan Hujan Ringan, Warga Diimbau Waspadai Cuaca Tak Menentu
-
RKB Bela Sufmi Dasco: Tuduhan Terkait Judi Online Tak Masuk Akal dan Rugikan DPR
-
KUR BRI Dukung Warung Bu Sum Sate Kere Beringharjo Terus Tumbuh dan Lestari
-
Kisah Horor Rumah Sakit di Purwokerto: Banyak Hantu Menyerupai Dokter?
-
Lonjakan Trafik Idulfitri Capai 87,7 Persen di Jateng, Kebumen Tertinggi Penggunaan Jaringan Indosat