"Ini sedang mengerjakan Al-Quran yang ke 12 dan 13 dalam waktu yang bersamaan. Yang ini ukurannya 1 meter x 1,5 meter dan rencananya dikasih waktu 13 bulan untuk dua Al-Quran,"jelasnya.
Hayatuddin tak menyebutkan rincian biaya untuk membuat 1 buah mushaf Al Quran, namun ia hanya memperkirakan untuk penyediaan bahan baku kertas dan tinta, membutuhkan biaya sebesar Rp 150 juta rupiah.
Meski demikian, pembuatan AL-Quran Akbar tidak untuk diperjual belikan. "Tidak untuk diperjualbelikan, tapi biasanya yang memesan akan memberi hadiah,"ujarnya.
Ia bekisah, awal dirinya menulis Al-Quran dengan tulis tangan berukuran besar ini ketika Almarhum KH Muntaha Al Hafidz yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al Asy’ariyyah Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo berpesan pada dirinya.
Almarhum KH Muntaha merupakan pecinta sekaligus penghafal Alquran 30 juz. Sejak usia 16 tahun ia sudah hafal Al-Quran. Bahkan kakeknya, KH Ibrahim semasa hidupnya dulu juga dikenal pengagum Al Quran.
KH Ibrahim termasuk ulama yang telaten menulis Al-Quran dengan tulisan tangan. Sayangnya mushaf Al Quran yang ditulis KH Ibrahim tersebut raib saat terjadi agresi Belanda dan hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya.
Untuk mengenang jasa KH Ibrahim, KH Muntaha mengabadikan perjuangannya dengan menggagas penulisan Al-Quran akbar ini. Penulis Al-Quran sekaligus dosen di Unsiq Wonosobo ini telah berniat, dirinya akan terus menulis Alquran sampai akhir hayat karena melanjutkan pesan KH Muntaha.
“Simbah KH Muntaha memerintahkan saya untuk menulis Al-Quran dengan tangan karena melanjutkan tradisi Mbah Ibrahim,” katanya.
Hayattudin menambahkan, Al-Quran Akbar yang ke 11 telah pada Selasa (18/01/2022) lalu, dan diberikan kepada Gus Ahmad Azhar asal Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Baca Juga: Puluhan Napi Rutan Kelas 1A Solo Antusias Ikuti Kegiatan Baca Alquran
“Setelah penulisan Al-Quran Akbar ke 11 selesai, akan diikuti penulisan Al-Quran Akbar ke 12 yang sudah dipesan Walikota Probolinggo Jawa Timur, Habib Hadi Zainal Abidin. Penulisan pertama huruf “ba” akan dilakukan yang bersangkutan," katanya.
Penulisan huruf "ba" yang dilakukan oleh pemesan sudah menjadi tradisi. Huruf "ba" sebagai simbolis awal penulisan Mushaf Alquran Akbar tepatnya pada surat Al-Fatihah.
"Jadi sudah tradisi, setiap pemesan Al-Quran Akbar menuliskan huruf 'ba' pada surat Al-Fatihah sebagai surat pertama untuk mengawali proses pembuatan Al-Quran Akbar,"jelasnya.
Adapun jejak 10 Al-Quran yang sudah selesai pembuatannya.
Al-Quran Akbar ke 1 yang diselesaikan pada tahun 1993 kini disimpan di Bina Graha Jakarta. Kitab suci tulisan tangan tersebut dihadiahkan kepada Presiden RI saat itu HM Soeharto.
Al-Quran ke 2, dipajang di Baitul Quran Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Penulisan kitab suci ini selesai pada tahun 1995.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
BRI Peduli Salurkan 5.000 Paket Sembako bagi Masyarakat dalam Program BRI Menanam Grow & Green
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar