Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 16 Mei 2022 | 12:51 WIB
Umat Buddha menjalankan puja bakti untuk memperingati Waisak di Vihara Tanah Putih Kota Semarang. Senin (16/05/22).[Suara.com/Anin Kartika]

SuaraJawaTengah.id - Tradisi kuno sejak zaman Buddha Gautama masih dijalankan umat Buddha di Vihara Tanah Putih Semarang.

Tradisi kuno itu disebut sebagai Pindapata, yang dilakukan sebelum ibadah puja bakti sebagai puncak perayaan Waisak.

Dalam pelaksanaan Pindapata, umat Buddha memberikan dana makanan yang diterima oleh para biksu menggunakan mangkuk emas.

Makna Pindapata sendiri adalah berbagai dan menyokong kehidupan para biksu Buddha.

Baca Juga: Terjadi Kerusakan Mesin, Citilink Dikabarkan Mendarat Darurat di Bandara Ahmad Yani Semarang

Namun tak sampai di situ, Pindapata juga bermakna berbagi kasih ke sesama yang membutuhkan.

Bhikkhu Cattamano Mahatera, Kepala Vihara Tanah Putih Semarang, menjelaskan, tradisi tersebut sudah berjalan sejak guru agung Buddha ada.

Namun meski mendapatkan dana makanan, menurutnya para Biksu Buddha tak diperkenankan menyimpannya.

"Kami hanya mengambilnya secukupnya, dan akan dibagikan ke yang membutuhkan," katanya, Senin (16/05/22).

Bhikkhu Cattamano menuturkan, pembagian hasil Pindapata akan difokuskan ke panti jompo ataupun panti asuhan.

Baca Juga: Api Merapen dan Tirta Umbul Jumprit Disatukan di Mendut, Jadilah Suci dan Penerang Jelang Perayaan Waisak

"Tradisi Pindapata juga dilakukan di beberapa daerah, namun biasanya para Biksu Buddha mendatangi rumah warga," jelasnya.

Tak hanya tradisi kuno tersebut yang dilaksanakan umat Buddha saat Waisak, mereka juga melaksanakan rangkaian peribadatan, seperti puasa sebulan penuh hingga meditasi sebelum mengikuti ibadah pada puncak Waisak.

"Sebelum detik-detik Waisak, umat Buddha juga menjalankan puasa sebulan penuh atau atthasila," papar Ketua Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi) Jateng, Romo Aggadhammo Warto.

Puasa tersebut diterangkannya, menjadi puasa pelengkap di samping puasa empat kali dalam sebulan pada tanggal 1, 8, 15 dan 21.

Sementara untuk meditasi Aggadhammo menuturkan, dilakukan setiap Rabu malam.

"Umat Buddha menyebut meditasi itu Buddha Warah Ning Karta. Meditasi itu dijalankan sebelum puncak Waisak," ucapnya.

Ditambahkannya, rangkaian tersebut untuk memaknai detik-detik Waisak yang dilakukan pada pukul 11.13 WIB.

"Ada tiga peristiwa dalam detik-detik Waisak, yang pertama kelahiran Sidharta Gautama sebagai bodhisatwa, lalu pencerahan kesempurnaan Buddha, dan meninggalkannya Buddha," jelasnya.

Kontributor : Aninda Putri Kartika

Load More