SuaraJawaTengah.id - Untuk sebagian orang, tarian mungkin hanya dianggap sebagai sebuah pertunjukkan kesenian semata.
Namun berbeda halnya dihadapan Maestro Lengger Banyumas, Rianto. Kesenian tari Lengger sudah melebur menjadi satu sejak ia kecil.
Ia tumbuh besar di wilayah Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas.
Dirinya mulai serius menekuni Lengger ketika bersekolah di SMKI Banyumas yang kini sudah menjadi SMK N 3 Banyumas.
Dalam acara Talkshow keberagaman dengan tema Bhinneka Tinggal 'Jika' yang digagas Purwokertokita, Hamburger Podcast dan Suara.com ini, Rianto menceritakan berbagai kisah spiritual yang dilalui dalam menjalani peran sebagai penari lengger.
Menurutnya lengger itu lahir rahim kaum tani. Kaum tani pada zaman dahulu kerap berpindah-pindah.
Sebarannya ada di Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Ajibarang, Cilacap, Kebumen dan Wonosobo.
"Kultur masyarakatnya hampir sama, agraris. Muncul karena kebutuhan pada saat itu mereka bagaimana menyambungkan dengan alam semesta. Dahulu mau menebang pohon saja diadakan lengger, laki-laki yang menebang dan berdoa mereka. Setelah menebang pohonnya ditanam kembali tidak ditinggal begitu saja tetapi ada upacara ritual disitu untuk menumbuhkan kembali," katanya saat acara berlangsung di Perpustakaan UIN Saizu Purwokerto, Selasa (31/5/2022).
Saama juga halnya ketika menanam padi. Para petani ini pada zaman dahulu juga dimulai dengan berdoa.
Baca Juga: Seorang Ibu di Grobogan Tewas Bunuh Diri, Diduga Santap Mie Goreng Dicampur Racun, 2 Anaknya Kritis
Suara-suara panja (alat untuk menaruh padi) ketika tidak ada airnya difungsikan untuk ritme ketika ditabuh.
"Suaranya 'klok klok klok' memunculkan irama kehidupan yang digarap kemudian menjadi musik. Doa-doa mereka dengan tarian yang sangat sederhana dengan geleng-geleng kemudian disebut lengger. Awal mula gerakan sekarang yang dibakukan dahulunya sangat sederhana," terangnya.
Menurutnya istilah lengger sendiri sudah berarti laki-laki. Lambat laun, Rianto merasa banyak tantangan yang harus dijalani dalam memperkenalkan kesenian lengger karena identik dengan dandanan perempuan.
Tidak sedikit juga yang mempertanyakan seksualitas dari para penari.
"Seksualitas itu diruang individu masing-masing. Ketika orang itu berbicara seperti melihat wujudnya saja itu sudah langsung berekspektasi yang menilai sesuatu belum sampai ke arah situ. Ini yang selalu menjadi kelatahan-kelatahan kita. Sebelum menilai baiknya memaknai tubuhnya sendiri. Jangan terlalu banyak bicara tetapi lebih baik perbanyaklah memahami," jelasnya.
Melalui lenggerlah kemudian ia mendapat istri warga Negara Jepang.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Polisi Ungkap Pembunuhan Advokat di Cilacap, Motif Pelaku Bikin Geleng-geleng
-
UPZ Baznas Semen Gresik Salurkan Bantuan Kemanusiaan bagi Warga Terdampak Bencana Banjir di Sumbar
-
3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
-
7 Destinasi Wisata Kota Tegal yang Cocok untuk Liburan Akhir Tahun 2025
-
Gaji PNS Naik Januari 2026? Kabar Gembira untuk Abdi Negara