SuaraJawaTengah.id - Dampak kemarau basah di Banjarnegara membuat hasil panen padi tidak maksimal. Petani mengaku mengalami penyusutan hasil panen lantaran kondisi cuaca saat ini.
Salah satu petani padi di Desa Winong, Bawang, Banjarnegara, Jawa Tengah, Trimiyanti mengaku, hasil panen saat ini mengalami penurunan. Hal ini terjadi semenjak cuaca yang mestinya sudah kemarau namun hujan masih kerap turun.
"Ya mestinya sekarang kan sudah kemarau, nah masa panen kan biasanya dilakukan pada saat kemarau, tapi ini malah masih sering hujan, bahkan intensitasnya tinggi," ungkapnya di Banjarnegara, Selasa (16/8/2022).
Hasil padi yang dipanen saat ini diakui mengalami penyusutan berat dan kualitas beras. Selain mengurangi kualitas panen, kondisi cuaca saat ini menghambat proses pengeringan padi.
Baca Juga: Viral Kejadian Nahas 3 Pekerja Tersengat Listrik Saat Perbaiki Papan Swalayan di Banjarnegara
"Sekarang sering hujan jadi penghambat proses pengeringan, kalau pengeringan lama kualitas beras jadi jelek, salah satunya warna beras jadi kuning. Karena yang biasanya dijemur 3 hari kering ini butuh waktu seminggu. Selain itu juga berasnya pada pecah,"jelasnya.
Masa panen padi dari menanam kurang lebih membutuhkan waktu 3 bulan sampai 100 hari. Seringnya hujan turun membuat warna tanaman padi yang sudah memasuki masa panen tidak maksimal.
"Jadi biasanya waktunya panen warna tanaman padi sudah menguning, kalau sekarang masih ada yang hijau, jadi kurang kuning,"ujarnya.
Terlebih, hujan yang turun akhir-akhir ini kerap disertai angin kencang. Hal itu juga sangat berpengaruh terhadap tanaman padi.
"Hujan sekarang sering disertai angin, nah itu sering bikin tanaman padi rusak, roboh. Jadi kadang belum masanya sudah harus dipanen dan kualitasnya sudah jelas jelek, bisa dibilang gagal panen,"kata dia.
Baca Juga: Tragis Nasib Lutung Jawa di Hutan Pawinihan Banjarnegara, Ditemukan Terikat di Pohon
Ia menyebut, penyusutan hasil panen bisa mencapai 40 persen dari biasanya. Hal itu dampak dari kualitas beras yang kurang bagus.
"Misal biasanya bisa menghasilkan 1 ton gabah jadi 65 kilogram beras. Kalau musim hujan seperti sekarang kurang dari itu karena bulir berasnya kecil bahkan kerap kosong,"tuturnya,.
Sementara untuk harga, petani juga tidak bisa menjual beras dengan harga normal. Hal itu menyebabkan turunnya pendapatan para petani beras.
"Harga beras juga jadi murah, karena kualitasnya jelek, biasanya bisa jual Rp 12 ribu sampai Rp 13 ribu per kilogram sekarang maksimal cuma Rp 10 ribu per kilogram, bahkan ada yang Rp 8 ribu per kilogram,"paparnya.
Kondisi ini juga dialami pada komoditi jagung. Pada musim hujan, bulir jagung cepat membusuk karena jamur. "Jagung juga sama, menyusut hasil panennya dan banyak yang jamuran. Akhirnya dijual murah,"pungkasnya.
Kontributor : Citra Ningsih
Berita Terkait
-
Prabowo Ikut Jajal Garap Panen Padi Pakai Alat Modern, Emak-emak di Merauke Auto Mewek: Aku Peluk, Cium, Sedih Betul!
-
800 Homestay dan Penginapan di Dieng Sambut Jazz Atas Awan 2024
-
Catat Tanggalnya! Ini Dia Kelas dan Total Hadiah Drag Bike Bhayangkara Polres Banjarnegara
-
Viral, Uang Berhamburan di Jalan Pria Ini Cari Pemilik Aslinya: Abis Lebaran masih Ada Orang Baik
-
Panen Padi di Sigi Meningkat 4 Kali Lipat, Menteri Pertanian Ungkap Metode Tanamnya
Terpopuler
- Tanggapi Kisruh Andre Taulany Parodikan Gelar Raffi Ahmad, Feni Rose: Lagian Kantor yang Kasih di Ruko
- Berani Minta Maaf ke Lembaga Kerukunan Sulsel, Denny Sumargo Dapat Dukungan dari Sumatera sampai Papua
- Harta Kekayaan Roy Suryo yang Dituduh sebagai Pemilik Akun Fufufafa
- Profil Lex Wu: Tantang Ivan Sugianto Duel usai Paksa Anak SMA Menggonggong
- Geng Baru Nikita Mirzani Usai Lepas dari Fitri Salhuteru Disorot: Circlenya Lebih Berkualitas
Pilihan
-
Setelah Dihitung, Wamenhub Bilang Harga Tiket Pesawat Bisa Turun di Libur Nataru
-
Luhut Yakin Prabowo Bisa Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%, Ini Strateginya
-
Teken Dealership Agreement Eksklusif, MAB Jadi Distributor Resmi Truk Yutong di Indonesia
-
Tol Balikpapan-Samarinda Sepi Peminat Meski Persingkat Waktu Menuju IKN, Apa Alasannya?
-
IKN Tak Berpenghuni? Akademisi Sindir Minta Jokowi yang Jadi "Penunggunya"
Terkini
-
BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Jawa Tengah pada 14-16 November 2024
-
Rahasia Sukses Pertashop: Pertamina Ungkap Strategi Peningkatan Pendapatan lewat NFR
-
BMKG Prakirakan Cuaca Berawan dan Kabut di Semarang Hari Ini, Masyarakat Diminta Waspada
-
Prabowo Dukung Cagub Jateng, Bawaslu Telusuri Potensi Pelanggaran Netralitas Presiden
-
Korupsi Pengurusan Tanah di Semarang: Mantan Lurah Sawah Besar Divonis Lebih Ringan dari Tuntutan Jaksa