Ronald Seger Prabowo
Kamis, 25 Agustus 2022 | 20:25 WIB
Petunjuk arah menuju Dusun Sambo, Desa Podosoko, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

“Jadi Wiro Sambo itu dipakai menjadi nama dusun. Terakhirnya Wiro Sambo berganti nama menjadi Kiai Wikono,” paparnya.

Setelah wafat, Kiai Wikono dimakamkan di areal kuburan warga di ujung Utara Dusun Sambo. Di tengah kompleks makam tua itu tumbuh pohon kamboja berusia ratusan tahun.

Kuwato mengaku sebagai keturunan ke-8 Wiro Sambo atau Kiai Wikono. Hampir seluruh warga asli Dusun Sambo adalah anak keturunan Wiro Sambo.

“Petilasannya di makam Dusun Sambo sini. Setelah nama Sambo itu dipakai untuk nama dusun, beliau berganti nama menjadi Kiai Wikono. Sampai menurunkan masyakarat yang ada di Dusun Sambo sampai sekarang,” ujar dia.

Hingga saat ini Kuwato belum bisa menjelaskan Sambo berasal dari bahasa mana dan bagaimana nama itu bisa disandang oleh Wiro Sambo.

“Itu artinya saya juga belum tahu kata-kata Sambo itu bahasa apa dan asal-usul darimana. Itu saya belum bisa menerangkan,” terangnya.

Kuwato juga semakin bingung, mengapa ada kesamaan penggunaan nama Sambo pada Irjen Ferdy Sambo dengan nama dusun tempat dia dilahirkan.

Sama-sama Bernama Sambo

Sebelum kasus dugaan pembunuhan yang melibatkan Irjen Ferdy Sambo menyeruak, Kuwatno sempat mengira bahwa kata Sambo hanya dimiliki oleh dusunnya.   

Baca Juga: Kabid Propam Polda Jatim Bungkam Ditanya Terkait Namanya Tercantum di Konsorsium 303

“Sepengetahuan saya yang ada tulisan persis S-A-M-B-O, itu juga hanya dusun saya. Tapi kenapa ada muncul tulisan Sambo di televisi. Saya berpikir apakah Ferdy itu asal-usulnya dari (Dusun) Sambo? Apakah dulu ada yang transmigrasi atau kemana? Kok ada orang namanya pakai Sambo,” jelasnya.

Dusun Sambo, Desa Podosoko, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang saat ini dihuni 100 kepala keluarga. Hanya ada 289 jiwa yang menempati dusun kecil di bagian utara Kecamatan Sawangan itu.

Mayoritas warga Dusun Sambo bekerja sebagai petani ladang. Tidak satupun warga bekerja menjadi aparatur sipil negara, TNI maupun Polri. “Semua pedagang dan petani (kebun),” kata Kuwatno.

Sebelum tahun 1985, tidak seorangpun warga Dusun Sambo mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah atas (SMA). Kuwatno adalah warga Sambo pertama yang berhasil lulus SMA.

Setelah itu mulai ada adik-adik saya (lulusan SMA). Sampai sekarang juga ada yang kuliah. Sebelum itu untuk pendidikan (rata-rata warga Sambo), sekolah dasar saja banyak yang tidak lulus," tegasnya.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More