Sementara itu Endah Lismartini, penjual kue dan roti rumahan di Bogor, Jawa Barat, mengaku sudah kehabisan kesabaran untuk berharap harga telur ayam bakal turun.
Kata dia, kalau sampai dua pekan ke depan harga telur ayam tak kunjung melandai tak ada jalan lain selain menaikkan harga kuenya. Meski ada konsekuensi ditinggal pembeli atau penjualan menurun.
"Setelah lebaran Idul Adha kan harga telur naik. Saya nunggu-nunggu kok enggak turun-turun ya. Soalnya biasanya sehabis Lebaran barang-barang cenderung turun pelan-pelan. Tapi ini sudah dua bulan lebih enggak turun, paling Rp28.000," tutur Endah.
Gara-gara harga telur naik, keuntungan yang didapatnya jauh berkurang. Di sisi lain, dia tidak tega menaikkan harga kue dan roti buatannya.
Endah kadang mengali kenaikan harga telur dengan membeli dalam jumlah besar atau per peti, bukan kilogram.
"Kalau beli dalam jumlah besar ada keringanan lah."
Kenapa harga telur ayam mahal?
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra, mengatakan ada beberapa hal yang menyebabkan harga telur ayam naik.
Pertama karena jumlah peternak ayam petelur turun sekitar 30%.
Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan pemerintah menerapkan pembatasan kegiatan masyarakat, permintaan akan telur ayam menurun drastis sementara produksi tak berkurang.
Baca Juga: Harga Telur Naik Rp32.000 Per Kilogram, Pedagang di Sumsel Mengeluh: Pembeli Sepi
Ketidakseimbangan itu, kata Syailendra, membuat harga telur ayam anjlok hingga Rp14.000 per kilogram, sementara biaya produksi lebih mahal.
"Bayangkan berapa bulan konsumen membeli dengan harga murah, itu peternak menjerit. Akhirnya banyak yang gulung tikar bahkan ada yang mengurangi populasi ayam petelurnya. Otomatis produksi turun," ujar Syailendra.
Kedua, harga pakan yang naik baik yang bersumber dari dalam negeri maupun impor. Catatan Kemendag, harga pakan sekarang Rp6.800 hingga Rp7.200 per kilogram.
Ketiga, adanya program bantuan sosial (bansos) dari Kementerian Sosial berupa bagi-bagi kebutuhan bahan pokok termasuk telur ayam.
"Bansos dari Kemensos diberikan berupa uang ke daerah, oleh daerah membelikan sembako, salah satu telur ayam. Jadi permintaan telur langsung naik tajam sehingga suplai ke pasar berkurang."
"Itu (bansos) ikut mendorong (kenaikan harga), tapi bukan pemicu utama."
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
-
Sepanjang Semester I 2025, Perusahaan BUMN Lakukan Pemborosan Berjamaah Senilai Rp63,75 Triliun
Terkini
-
Terbanyak di Indonesia, Gubernur Ahmad Luthfi Serahkan SK Kepada 13 Ribu Orang PPPK Paruh Waktu
-
Anti Boncos! Ini Dia Deretan Mobil Bekas Rp100 Jutaan yang Minim Penyakit
-
BMKG: Semarang Bakal Diguyur Hujan Ringan Hari Ini, Waspada Cuaca di Kota Lain!
-
7 Keutamaan Membaca Surat Yasin yang Menggetarkan Hati, Lengkap dengan Terjemahannya
-
Terungkap! Ini 3 Lokasi Tambang yang Bikin Gunung Slamet Gundul