SuaraJawaTengah.id - Harga pangan di Indonesia semakin tidak bisa dikendalikan. Seperti telur ayam, harganya terus mengalami kenaikan.
Menyadur dari BBC Indonesia, Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia menyatakan harga telur ayam "mustahil turun dari angka Rp27.000 per kilogram" setelah sempat mencapai "harga tertinggi" dalam sejarah.
Meroketnya harga telur ayam saat ini dipengaruhi oleh mahalnya pakan dan bibit ayam petelur, serta belum stabilnya produksi setelah banyak peternak mengurangi populasi ayam bahkan gulung tikar akibat dihantam pandemi.
Menanggapi persoalan ini, Kementerian Perdagangan menjanjikan bakal mencari jalan keluar agar persoalan serupa tidak terulang lagi.
Sekretaris Jenderal Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkopas), Ngadiran, mengatakan per Minggu (28/8/22) harga telur ayam di pasar Pulau Jawa berada di kisaran Rp32.000 per kilogram dari sebelumnya sempat menyentuh Rp35.000.
Sedangkan di luar Pulau Jawa masih berada di kisaran Rp34.000 per kilogram.
Ngadiran menyebut, kenaikan harga telur ayam ini terjadi sejak dua minggu belakangan dan menjadi yang tertinggi dalam sejarah.
"Memang betul tertinggi. Biasanya Rp28.000 sampai Rp29.000 di awal tahun ini, lalu sempat Rp23.000 sampai Rp24.000 per kilogram," kata Ngadiran pada Minggu (28/8/2022).
Harga telur ayam yang naik tajam berdampak pada turunnya pembeli. Kalau biasanya konsumen beli hingga satu kilogram, sekarang cuma setengah kilo.
Baca Juga: Harga Telur Naik Rp32.000 Per Kilogram, Pedagang di Sumsel Mengeluh: Pembeli Sepi
Omset turun hingga berhenti jualan
Penjual kue dan roti rumahan di Jakarta, Sintya Johana, membenarkan hal itu.
Ia bercerita, sejak harga telur ayam naik pada Juli lalu, dia sudah berhenti menjual kue atau roti yang memerlukan bahan telur dalam jumlah banyak. Kecuali kalau ada pesanan khusus, itu pun dengan harga baru.
"Soalnya cake yang saya bikin bahan-bahannya premium jadi harga cake buatan saya di atas Rp100.000 semua. Sejak harga telur ayam enggak turun-turun dari Juli lalu, alternatifnya saya fokus jual makanan jajanan pasar yang tidak memerlukan banyak telur," ujar Sintya.
Sejak tak lagi menjual kue dan roti, Sintya mengatakan omsetnya berkurang jauh. Sebab kalau hanya mengandalkan jajanan pasar, untungnya tak seberapa.
Dia cuma berharap agar harga telur bisa di bawah Rp30.000, dengan begitu bisa memulai usahanya kembali.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
-
4 Tablet RAM 8 GB dengan Slot SIM Card Termurah untuk Penunjang Produktivitas Pekerja Mobile
-
3 Fakta Perih Usai Timnas Indonesia U-22 Gagal Total di SEA Games 2025
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
CERPEN: Liak
Terkini
-
5 Pilihan Rental Mobil di Semarang untuk Liburan Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Libur Nataru Dijamin Irit! Pertamina Tebar Cashback BBM 20 Persen, Diskon Gas hingga Hotel
-
Genjot Ekonomi Baru, Ahmad Luthfi Minta Kabupaten dan Kota Perbanyak Forum Investasi
-
Memperkuat Inklusi Keuangan: AgenBRILink Hadirkan Kemudahan Akses Perbankan di Daerah Terluar
-
15 Tempat Wisata di Pemalang Terbaru Hits untuk Liburan Akhir Tahun