Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 09 September 2022 | 09:25 WIB
Ritual wiwitan di Balkondes Karangrejo, Desa Karangrejo, Borobudur, Magelang. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

Sama seperti tahun 2021, tahun ini musim murah hujan. Dia mencontohkan beberapa desa di Borobudur yang biasanya kekeringan di musim kemarau, tahun ini tidak bergantung pada droping air.

"Sekarang windunya Sengoro. Kalau di tahun Je biasanya curah hujan tinggi. Otomatis selama siklus satu tahun itu banyak hujan. Tahun 2020 itu tahun Wawu. Larang hujan (susah hujan)."

Dalam penghitungan kalender Jawa, satu windu terdapat 8 tahun yang masing-masing memiliki nama sendiri: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir.

Siklus alam akan terulang 8 tahun sekali sesuai urut-urutan tahun tersebut. Tahun 2021 yang memiliki nama tahun Ehe misalnya, juga mengalami musim yang murah air.

Mbah Juni membaca perubahan musim menggunakan ilmu “ramalan” yang ditulis dalam serat Jawa kuno, Gatholoco. Serat sastra Gatholoco umum dibaca oleh masyarakat sekitaran Kedu dalam bentuk kesenian suluk.

Menurut Mbah Juni, Gatholoco seperti primbon. Berisi catatan ramalan yang bercerita tentang kehidupan manusia dari lahir hingga mati.

Selain siklus hidup manusia, Gatholoco juga memuat siklus perubahan alam. Pengetahuan soal pergantian musim didapat masyarakat Jawa kuno dari niteni (mengamati) gejala perubahan alam.  

"Perubahan musim dalam serat Gatholoco itu sesuai pergeseran matahari. Misal bayangan waktu ashar itu berapa panjangnya. Ditulis dalam huruf Arab pegon. Tapi sekarang ditulis ulang dalam huruf latin agar mudah dipahami," kata Ahmad Solikan, pemuda Desa Giritengah yang mewarisi ilmu meramal musim menggunakan serat Gatholoco.

Mongso Perubahan Musim

Baca Juga: Terus Meningkat, Luas Tanam Kebun Sawit Swadaya di Kalbar Capai 534.767 Hektare

Melalui serta Gatholoco, warga Desa Giritengah mengenali 12 periode mongso (musim). Tiap-tiap musim menandai perubahan cuaca yang kemudian dijadikan patokan waktu mengolah lahan.

Satu tahun penanggalan Jawa memiliki 12 mongso, sama seperti jumlah bulan pada kalender masehi. Bedanya, jumlah hari pada tiap mongso ada yang 23 hari, 24 hari, 25 hari, dan 41 hari.   

Mongso atau bulan pertama jatuh pada 22 Juni. Mereka menyebut bulan pertama ini sebagai mongso koso. Bulan kedua disebut mongso karo yang dimulai pada 2 Agustus.

"Setelah itu mongso ketelu tanggal 25 Agustus. Tanggal 18 September itu mongso kapat. Lalu 13 Oktober yang bertepatan dengan tanggal 1 mongso kelimo. Tanggal 9 November itu tanggal 1 kanem. Tanggal 22 Desember itu tanggal kepitu."

Kemudian tanggal 3 Februari yang bertepatan dengan tanggal 1 mongso kewolu. Tanggal 1 Maret itu tanggal 1 mongso kesongo. Serta tanggal 26 Maret yang menandai dimulainya hari pertama mongso kesepuluh.

Selanjutnya tanggal 19 April yang berarti telah memasuki mongso kesewelas, dan tanggal 12 Mei yang bertepatan dengan tanggal pertama mongso kedusto atau bulan ke 12.

Load More