Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 04 Oktober 2022 | 10:25 WIB
Legenda sepakbola Brasil, Pele. Legenda Timnas Brazil Pele turut ikut berduka cita atas tragedi Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan nyawa. [Shutterstock]

SuaraJawaTengah.id - Legenda Timnas Brazil Pele turut ikut berduka cita atas tragedi Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan nyawa.

Melalui akun instagramnya, Pele mengunggah foto anak kecil yang tengah melihat lingkaran lilin berbentuk hati.

Dalam keterangan tertulisnya, Pele sangat menyayangkan peristiwa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Minggu (01/10/2022).

"Akhir pekan ini kami menyaksikan salah satu bencana terbesar dalam sejarah sepak bola. Setidaknya ada 32 anak, diantara 125 korban tewas," kata Pele.

Baca Juga: Kini Polisi Terapkan Filosofi Tailor Men Pasca Tragedi Kanjuruhan Malang

Bagi Pele, apa yang terjadi di Kanjuruhan sangat jauh dari nilai-nilai olahraga sebagai hiburan.

"Kekerasan tidak sesuai dengan olahraga, tidak ada rasa sakit kekalahan yang dapat membenarkan hilangnya cinta sesama kita," ungkap Pele.

"Olahraga harus selalu menjadi tindakan cinta," sambungnya.

Ia pun berharap adanya tragedi Kanjuruhan tersebut semakin mempererat rasa persatuan untuk kedamaian bangsa Indonesia.

"Semoga kedamian dan cinta bagi seluruh rakyat Indonesia," harap Pele.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan: KontraS Tak Percaya Data Versi Pemerintah dan Siap Bentuk Tim Khusus Bersama Aremania

Unggahan legenda sepak bola dunia Pele turut memberikan komentar soal Tragedi Kanjuruhan. [Instagram]

Sebelumnya, ribuan suporter Aremania menyalahkan pihak keamanan soal penggunaan gas air mata saat menggelar doa bersama di Jalan Semeru Kota Malang, (02/10/2022).

Salah satu orator Fanda Ardianto mengatakan, agenda serupa akan terus digelar selama tujuh hari dan menunggu perkembangan proses hukum pengusutan Tragedi Kanjuruhan.

"Harus ada tersangka. Ratusan orang dibunuh di depan mata ribuan orang. Masak satu tersangka saja satu hari gak bisa. Kan gak masuk akal," ujarnya.

Bahkan ia menilai bahwa tragedi di kandang Singo Edan julukan Arema FC tersebut sebagai bentuk aksi pembantaian.

"Kalau di Peru itu kecelakaan, bencana karena tribun jatuh. (Sedangkan) di Indonesia ini pembantaian. Gimana gak dibantai, ditembaki gas air mata tapi pintu ditutup. Gimana gak banyak orang meninggal, banyak anak kecil," ujarnya.

Terkait advokasi bagi korban, lanjut dia, pihaknya juga telah menggandeng kuasa hukum atau pengacara.

"Kami akan terus mengawal proses hukum dan mendorong keadilan ditegakkan seadil-adilnya," tegasnya.

Kontributor : Fitroh Nurikhsan

Load More