SuaraJawaTengah.id - Kasus kematian anak akibat gagal ginjal masih menjadi misteri. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP membongkar bahwa hal ini benar-benar disengaja. Pihaknya mengungkapkan ada 6.000 link penjual obat mematikan tersebut.
"Kami kan ada deputi bidang penindakan, kita melakukan cyber patrol ada 6.000 link yang menjual obat tersebut karena saking murahnya," ujar Penny dalam podcast Deddy Corbuzier yang dikutip pada Jumat (25/11/2022).
Obat-obat tersebut menurut Penny bukan cemaran lagi, namun konsentrasi pencemar yang jadi pelarutnya.
"Dibandingkan ambang batasnya 0,5 mg/berat badan kemudian kita hitung dengan berapa ml dia minum, sampai sekitar lebih dari 400 kalinya," tambahnya.
Baca Juga: Kepala BPOM RI Dipanggil Polisi Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut
Penny mengaku kaget dengan adanya kasus tersebut. Terlebih adanya kandungan etilen glikol (EG) dan diatilen glikol (DEG) hampir 90% dalam bahan kimia berlabel propilen glikol.
Penny mengatakan bahwa hal ini sudah termasuk dengan kejahatan. Ia mengatakan ada satu fasilitas ilegal dan pemalsuan.
"Ternyata ini kejahatan, jadi ada satu fasilitas ilegal, dimana mereka mencampur dan ada pemalsuan. Industri farmasi itu mendapat pasokan bahan pelarut yang dipalsukan, betul-betul pemalsuan dan kesengajaan," tegasnya dalam podcast Deddy Corbuzier.
Penny menegaskan bahwa pihak BPOM masih terus menelusuri lebih lanjut terkait aspek kesengajaan. Karena walaupun tujuan kejahatan dari luar banyak, namun jika industri farmasi tidak lalai, maka tidak akan terjadi.
"Iya yang lalai memang industri farmasi, kita dapatkan 5 industri farmasi yang lalai. Saringan terakhir sebelum sampai ke produksi itu ya industri farmasi, kan mereka harus menanggung quality controlnya, jadi mereka harus punya sistem mutu yang kuat," terangnya.
Baca Juga: Bareskrim Polri Periksa Kepala BPOM Penny Lukito Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut Hari Ini
Mirisnya lagi, kasus seperti ini tak hanya bisa masuk melalui obat saja. Namun juga tidak menutup kemungkinan akan masuk ke produk pangan bahkan kosmetik.
"Iya bisa, apalagi sekarang ada penjualan online. Mereka akan sangat mudah menjualnya dengan harga yang jauh lebih murah, sehingga banyak peminatnya," ungkapnya.
Kontributor: Kanita Auliyana Lestari
Berita Terkait
-
BPOM Indonesia: Peran, Tugas, dan Kontribusinya dalam Menjaga Kesehatan Masyarakat
-
Waspada Hoaks! BPOM Tegaskan Pabrik Kosmetik Ratansha Tidak Ditutup
-
Waspada, BPOM Temukan Ribuan Camilan Ilegal di Jakarta, Kebanyakan Dikirim dari China
-
BPOM Gandeng BRI Bimbing Inovasi UMKM Pangan Olahan
-
Benarkah Pasien Penyakit Ginjal Kronis Dilarang Makan Buah? Ini Penjelasan Dokter
Tag
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Sebut Masjid Al Jabbar Dibangun dari Dana Pinjaman, Kini Jadi Perdebatan Publik
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Yamaha NMAX Kalah Ganteng, Mesin Lebih Beringas: Intip Pesona Skuter Premium dari Aprilia
- JakOne Mobile Bank DKI Bermasalah, PSI: Gangguan Ini Menimbulkan Tanda Tanya
Pilihan
-
Hasil Liga Thailand: Bangkok United Menang Berkat Aksi Pratama Arhan
-
Prediksi Madura United vs Persija Jakarta: Jaminan Duel Panas Usai Lebaran!
-
Persib Bandung Menuju Back to Back Juara BRI Liga 1, Ini Jadwal Lengkap di Bulan April
-
Bocoran dari FC Dallas, Maarten Paes Bisa Tampil Lawan China
-
Almere City Surati Pemain untuk Perpanjang Kontrak, Thom Haye Tak Masuk!
Terkini
-
Jangan Paksakan ke Rest Area saat Arus Balik, Ini Tips Istirahat Aman dan Nyaman dari Kapolri
-
Tak Hanya THR, Desa Wunut Tunjukkan Kepedulian Nyata Lewat Jaminan Sosial
-
Nikmati Libur Lebaran, Ribuan Wisatawan dari Berbagai Daerah Ramaikan Saloka Theme Park
-
Viral Tarian Bagi-bagi THR Diduga Tarian Yahudi? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
Kenapa Banyak yang Menikah di Bulan Syawal? Ini Jawabannya