Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 29 November 2022 | 18:13 WIB
Rumah tempat kejadian perkara pembunuhan satu keluarga di Dusun Prajenan, Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, Magelang, Selasa (29/11/2022). [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Tetangga korban pembunuhan satu keluarga di Dusun Prajenan, Kecamatan Mertoyudan, Magelang, sangsi motif pembunuhan karena tersangka DD terbebani menanggung biaya hidup orang tua. Polisi masih terus menyelidiki kasus ini, termasuk mencari motif pembunuhan.

Tersangka DD (22 tahun) adalah anak kedua pasangan korban suami istri, Abas Ashar (58 tahun) dan Heri Riyani (54 tahun). Selain diduga membunuh kedua orang tuanya, DD juga diduga meracun kakaknya, Dea Khairunisa (25 tahun) hingga tewas.

Dalam pemeriksaan polisi, tersangka DD mengaku keberatan harus menanggung kebutuhan hidup keluarga. Tersangka mengaku juga dibebani membayar utang yang habis dipakai untuk berobat orang tuanya.

Kepala Desa Mertoyudan, Eko Sungkono mengaku kenal dekat dengan keluarga korban Abas Ashar. Eko tinggal satu rukun tetangga (RT) dengan keluarga Abas.  

Baca Juga: Pembunuhan Satu Keluarga di Magelang, Tersangka Sakit Hati Jadi Tumpuan Beban Orangtua

Eko Sungkono sangsi jika Abas Ashar terlilit utang untuk biaya berobat. Abas baru 2 bulan pensiun sebagai pegawai Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

"Kalau itu (utang) kemungkinan anaknya. Ini orang tuanya malah mau bangun rumah. Sudah mulai membangun rumah tapi belum selesai. Informasi dari istri saya sama PKK itu. Rencana dia (Abas Ashar) mau membangun rumah," kata Kepala Desa Mertoyudan, Eko Sungkono saat ditemui di TKP, Gang Durian, Dusun Prajenan, Mertoyudan, Selasa (29/11/2022).  

Di garasi rumah yang ditempati keluarga Abas Ashar terparkir 2 mobil dan 1 sepeda motor Yamaha Nmax. Rumah berlantai 2 itu besar dan terlihat terawat. "Ini kan rumah adiknya. Terus mau bangun rumah sendiri rencana di Dampit (Dusun Dampit, Mertoyudan)."

Eko Sungkono juga menyangsikan keterangan tersangka yang mengaku bekerja sebagai pegawai PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). "Ceritanya itu. Tapi kan kita nggak tahu persis. Apa betul di PT KAI apa nggak. Terus terang lingkungan sini kalau untuk masalah privasi masing-masing," ujar Eko Sungkono.

Keluarga Berada

Baca Juga: 4 Ciri Minuman Beracun dalam Teh dan Kopi, Penyebab Keluarga di Magelang Tewas

Setahu Eko, setelah lulus SMA tersangka DD sempat mendaftar di Akademi Militer namun gagal. Sebelum tes Pantukhir (pemantauan terakhir) DD mengalami kecelakaan sehingga jari kakinya harus diamputasi.    

"Dia kan (tersangka) lulus SMA terus mau daftar ke Akmil tapi waktu tes Pantukhir (pemantauan terakhir) dia kecelakaan. Kakinya jarinya diamputasi. Terus nggak masuk. Nggak bisa."
     
Keterangan Kepala Desa Mertoyudan, Eko Sungkono dikuatkan oleh Ketua RT setempat, Muhcholil yang juga sangsi jika tersangka DD bekerja sebagai pegawai PT Kereta Api Indonesia.

Muhcholil juga ragu jika keluarga korban Abas Ashar terlilit utang sehingga harus membebankan tanggungan rumah tangga kepada anak bungsunya DD. "Baru dengar tadi kalau ada terlilit utang (tersangka DD). Tahunya kerja di PT KAI. Dia bilangnya juga gitu. Tapi kayaknya kok nggak ya. Saya belum tahu persis ya," kata Abas.

Eko Sungkono dan Muhcholil kompak mengatakan bahwa sekilas tidak ada hal mencurigakan yang terjadi pada keluarga Abas Ashar. Pasangan suami istri, Abas Ashar dan Heri Riyani, serta kedua anaknya Dea Khairunisa dan DD tampak akur-akur saja.

Keluarga ini terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan tidak pernah terlihat konflik antara orng tua dan anak. Selama masih berdinas di Magelang, Abas Ashar bahkan pernah dipercaya menjadi bendahara RT.    

"Dari lingkungan bagus. Belum pernah ada konflik baik suami istri maupun tetangga. Sama anak-anak juga baru kali ini. Selama ini nggak ada masalah," ujar Kepala Desa Mertoyudan, Eko Sungkono.

Tapi dia mengakui warga tidak begitu mencampuri urusan pribadi sehingga tidak begitu mengetahui kondisi sebenarnya keluarga Abas Ashar. "Untuk lingkungan sini kalau privasi masing-masing, tapi untuk sosial bagus."

Seperti diberitakan sebelumnya, kepada polisi tersangka DD mengaku membunuh kedua orang tua dan kakaknya karena sakit hati harus menanggung kebutuhan hidup keluarga. Dia juga keberatan dibebani membayar utang yang habis dipakai untuk berobat orang tua.

Korban semakin sakit hati karena kakaknya, Dea Khairunisa tidak dibebani tanggung jawab yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dea Khairunisa saat ini menganggur yang sebelumnya sempat bekerja pada salah satu bank di Jawa Tengah sebagai karyawan kontrak.

Gelap mata tersangka DD kemudian meracun ayahnya Abas Ashar, ibunya Heri Riyani, dan kakaknya Dea Khairunisa menggunakan racun arsenik. Dia mencampur racun ke dalam teh dan kopi yang diminum para korban.

Korban ditemukan tewas di rumahnya sekitar pukul 07.30 WIB di Jalan Sudiro, Gang Durian, Dusun Prajenana, Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, Senin (28/11/2022).

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More