
Tak sekadar gambar, maskot Tour de Borobudur XXIII diwujudkan dalam bentuk diorama 3 dimensi. Delapan ikon tersebut direalisasikan dengan bahan dasar epoxy clay.
Edo sengaja memilih bahan epoxy clay karena sifatnya yang kokoh ketika benar-benar kering. Nyaris seperti plastik, tapi keras. Sayang, membangun diorama dari epoxy clay terbilang rumit. Hingga Edo harus melibatkan lima orang untuk membuatnya.
Salah satunya seniman clay asal Surabaya, Petra Dewi Handayani. Sementara yang lainnya adalah siswa SMP Kristen Tritunggal Semarang. Joany Lidya Putri Samosir, Maisa Devina Nugroho, Fellicia Chelsea Ardian, dan Gracelyn Christy Prayitno
Meski digarap enam orang, itu pun memakan waktu dua bulan hingga proyek diorama maskot Tour de Borobudur XXIII dinyatakan finsih. Edo mengaku, pembuatan diorama ini sudah dikebut, sampai rela dikerjakan hingga dini hari.
Baca Juga: Tingkat Hunian Homestay Meningkat hingga 50 Persen pada Libur Sekolah
Tak heran jika Edo memakan waktu dan tenaga ekstra. Sebab, maskot yang dibuatnya terbilang sangat detil. Berukuran sekira 8-9 centimeter, ikon ini juga disiram warna-warni yang sangat teliti. Pewarnaannya pun butuh tiga tahap agar terlihat realistis.
"Memang perjuangannya ekstra. Sebenarnya ada bahan lain yang lebih mudah dibentuk. Tapi nanti tidak awet. Jadi agak rumit sedikit tidak apa-apa karena nantinya ini akan jadi piala bagi para pemenang Tour de Borobudur di setiap kategori," jelasnya.
Lebih lanjut, Edo berharap peserta, masyarakat, bahkan pemerintah bisa mengartikan pesan yang ada di dalam maskot Tour de Borobudur XXIII ini.
"Salah satunya, saya berharap pemerintah sadar, ada ikon budaya di wilayah Indonesia Timur yang sangat bagus, tapi jarang diekspos. Apalagi dikembangkan menjadi atraksi seni. Semoga ini benar-benar bisa mewujudkan unity in diversity di Indonesia," harapanya.
Baca Juga: 4 Wisata Candi di Klaten, Tak Kalah Indah dengan Borobudur di Magelang
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Jelang Waisak, Para Biksu Mulai Melakukan Perjalanan ke Candi Borobudur
-
'Luka Lama' Warga Ngaran II Borobudur di Balik Penolakan Kremasi Taipan Murdaya Poo
-
Jalan Kaki dari Thailand ke Candi Borobudur, Para Bhikkhu Ajarkan Amal dan Kesederhanaan
-
Puluhan Bhikkhu Thudong Mampir ke Jakarta Sebelum ke Candi Borobudur, DPD RI: Bentuk Toleransi
-
4 Bulan Jalan Kaki Demi Tuju Candi Borobudur, Ritual Puluhan Bhikkhu Thudong Pecahkan Rekor
Terpopuler
- Mayjen Purn Komaruddin Simanjuntak Tegaskan Sikap PPAD
- 3 Klub BRI Liga 1 yang Bisa Jadi Pelabuhan Baru Ciro Alves pada Musim Depan
- 7 HP Android dengan Kamera Setara iPhone 16 Pro Max, Harga Mulai Rp 2 Jutaan Saja
- Terlanjur Gagal Bayar Pinjol Jangan Panik, Ini Cara Mengatasinya
- Pascal Struijk Bongkar Duet Impian, Bukan dengan Jay Idzes atau Mees Hilgers
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP Samsung Rp 3 Jutaan Terbaik April 2025, RAM Besar dan Kamera Ciamik
-
Bak Lelucon, Eliano Reijnders Tertawa Jawab Rumor Bakal Pindah Liga Malaysia
-
Wahana Permainan di Pasar Malam Alkid Keraton Solo Ambruk, Ini Penjelasan EO
-
Nasib Muhammad Ferarri dan Asnawi Mangkualam Lawan MU Masih Abu-Abu, PSSI Angkat Bicara
-
BREAKING NEWS! PSIS Semarang Depak Gilbert Agius, Ini Penyebabnya
Terkini
-
Tumbal dari Pohon Candi: Cerita Horor Kerasukan di Pekalongan
-
BRI Purwodadi Gelar Vaksinasi Influenza untuk Anak-anak Pekerja: Wujud Kepedulian Insan BRILian
-
Jangan Lewatkan Link Saldo Dana Kaget! Bonus 5 Tips Mengelola Keuangan Melalui e-wallet
-
Lindungi Kades, Ahmad Luthfi Tegaskan Pendampingan Hukum untuk Cegah Korupsi
-
Rayakan Hari Kartini, BRI Cepu Sosialisasikan Budaya Menabung Sejak Dini di TK Migas Cepu