Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 18 Oktober 2023 | 17:11 WIB
Ilustrasi tikus hama pertanian. [Istimewa]

SuaraJawaTengah.id - Kisah misteri dialami sebagian petani di lereng Pegunungan Kendeng yang mengaku diserang tikus gaib.

Gagal panen adalah momok yang menakutkan bagi semua petani, termasuk petani di lereng Pegunungan Kendeng, Desa Baleadi, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Namun gagal panen yang dialami petani di desa tersebut bukan kejadian gagal panen biasa. Menurut salah satu petani di Desa Baleadi, Sutrisno, 36, ada peran makhluk gaib hingga petani gagal panen.

Sutrisno berkisah peristiwa gagal panen itu terhadi pada 2022 lalu. Saat itu, lahan-lahan milik petani di Pegunungan Kendeng, khususnya di Sukolilo, diserang hama tikus.

Baca Juga: Petani Kendeng Pati: Bertani, Jangan Takut Lapar!

Namun menurut cerita yang dipaparkan Sutrisno, kelompok tikus itu seperti gerombolan makhluk gaib yang kebetulan bisa dilihat manusia.

"Tahun kemarin [2022] ada tikus bergerombol menyerang tanaman jagung. Jagung yang sudah mau dibeli orang bahkan tidak jadi dipanen karena sudah habis dimakan tikus. Kemungkinan mistis ya," ungkap Sutrisno kepada wartawan, Jumat (22/9/2023) malam.

Menurut Sutrisno, jumlah tikus yang menyerang lahan petani di lereng Pegunungan Kendeng itu sangat banyak dan tidak masuk akal. Bahkan, tikus-tikus itu mampu menghabiskan jagung di satu petak sawah hanya dalam waktu semalam.

"Ini tikusnya enggak takut manusia. Satu petak habis semalam. Tinggal janggel [tongkol jagung] tok. Tikus-tikus itu kayak migrasi. Terlalu banyak," papar pria 36 tahun tersebut.

Sutrisno menduga tikus-tikus itu adalah serangan dari alam gaib karena ia dan para petani di lereng Pegunungan Kendeng tak mengetahui asal dan tujuan perginya para tikus setelah menghabisi jagung.

Baca Juga: Ribuan ASN Pemprov Sumbar Dikerahkan Borong Bawah Merah Petani, Ini Alasannya

Terlepas benar atau tidaknya ada peran makhluk gaib di kejadian itu, para petani di lereng Pegunungan Kendeng masih rajin menggelar sedekah Bumi. Paling tidak sekali dalam setahun, mereka menggelar sedekah Bumi sebagai wujud rasa syukur sekaligus untuk berharap agar tanah yang mereka garap memberikan panen melimpah.

Load More