SuaraJawaTengah.id - Kesehatan jiwa belakangan ini menjadi perhatian di Kota Semarang. Bahkan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang terdapat sebanyak 445 kasus depresi.
Kasus depresi menjadi salah satu gangguan kesehatan jiwa dari berbagai puskesmas di wilayah tersebut hingga pertengahan Oktober 2023.
Kepala Dinkes Kota Semarang Abdul Hakam menyebutkan bahwa sebanyak 445 kasus gangguan depresi itu ditemukan di 31 puskesmas yang tersebar di 16 kecamatan di Kota Atlas.
"Peta sebaran kasus gangguan depresi paling banyak ada di Puskesmas Mijen. Temuannya ada 61 kasus. Angka tersebut diperoleh dari kuesioner yang dibagikan melalui puskesmas setempat," katanya dikutip dari ANTARA pada Rabu (25/10/2023).
Setelah Puskesmas Mijen, temuan depresi terbanyak kedua adalah Puskesmas Rowosari dan Srondol masing-masing 36 kasus, kemudian Puskesmas Padangsari 30 kasus, serta Puskesmas Halmahera dan Tlogosari masing-masing 24 kasus.
Namun, ada enam puskesmas yang nihil temuan kasus gangguan depresi, yakni Puskesmas Pandanaran, Krobokan, Candi Lama, Genuk, Pudakpayung, dan Tambakaji.
Selain depresi, temuan terbanyak gangguan kesehatan jiwa adalah kasus campuran anxietas dan depresi sebanyak 276 kasus, kemudian gangguan neurotik sebanyak 31 kasus, gangguan sematoform 65 kasus, dan insomnia sebanyak 116 kasus.
Dinkes Kota Semarang juga menemukan dua kasus percobaan bunuh diri, yakni di Puskesmas Halmahera dan Puskesmas Bugangan.
Menurut Hakam, beberapa upaya penanganan dan penanggulangan kesehatan jiwa dilakukan oleh Dinkes, misalnya dengan skrining kesehatan mental pada anak usia 4-18 tahun dan dewasa di atas 18 tahun menggunakan Strengths and Difficulties Questionnare (SDQ).
Pos pembinaan terpadu (posbindu), kata dia, rutin dilaksanakan di setiap kelurahan, meliputi pemeriksaan antropometri, tekanan darah, gula darah, kesehatan jiwa, dan indera penglihatan atau pendengaran.
"Kami juga meningkatkan kesadaran masyarakat dengan edukasi dan perluasan informasi tentang kesehatan jiwa. Selain itu, mengajak dan mengedukasi kader untuk aktif memantau warga yang membutuhkan perawatan jiwa," katanya.
Ia menjelaskan saat ini sudah dibentuk Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Kota Semarang untuk peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan kader kesehatan melalui pelatihan ataupun workshop, dengan menghadirkan praktisi psikolog dan psikiater.
"Kami juga memiliki layanan Konsultasi Kesehatan Mental (Sultan) di puskesmas. Bahkan, kami sedang menyiapkan layanan Sultan Online yang terintegrasi," kata Hakam.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025
-
5 Rental Mobil di Wonosobo untuk Wisata ke Dieng Saat Libur Akhir Tahun 2025