SuaraJawaTengah.id - Sri Sultan Hamengkubuwono V adalah raja ke-5 Kasultanan Yogyakarta. Raja ini memerintah dari tahun 1828 hingga 1855.
Namun, masa pemerintahannya tidak berlangsung lama dan berakhir tragis dengan kematiannya di tangan istri kesayangannya, Kanjeng Mas Hemawati.
Sultan HB V lahir pada tanggal 6 November 1811 yang merupakan putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono II dan Raden Ayu Kenceng. Raja dengan nama Gusti Raden Mas Gathot Menol ini dinobatkan sebagai raja ketika masih berusia 3 tahun, menyusul kematian ayahnya.
Masa pemerintahan Sultan HB V diwarnai dengan berbagai konflik internal di Kesultanan Yogyakarta. Misalnya sempat disingkirkan dari tahta oleh saudara kandungnya, Pangeran Diponegoro.
Baca Juga: Bikin Merinding! 5 Tempat di Jogja Ini Angker dan Simpan Kisah Kelam!
Beruntung Gusti Raden Mas Gathot Menol berhasil merebut kembali tahta setelah Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda.
Pada 5 Juni tahun 1855, Sultan HB V ditikam oleh Kanjeng Mas Hemawati di kamarnya di Keraton Yogyakarta. Kanjeng Mas Hemawati adalah istri ke-5 Sultan HB V.
Perempuan ini merupakan putri dari Pangeran Suryadilaga, seorang pejabat di Kesultanan Yogyakarta.
Penyebab pembunuhan Sultan HB V oleh Kanjeng Mas Hemawati masih menjadi misteri hingga saat ini. Ada beberapa spekulasi yang beredar, antara lain Kanjeng Mas Hemawati cemburu dengan permaisuri Sultan HB V, Kanjeng Ratu Sekar Kedaton.
Lalu Kanjeng Mas Hemawati dihasut oleh pihak-pihak yang tidak menyukai Sultan HB V dan spekulasi yang ketiga adalah Kanjeng Mas Hemawati mengalami gangguan jiwa.
Meski demikian kematian Sultan HB V menimbulkan kegemparan di Yogyakarta. Ia dimakamkan di Pemakaman Raja-Raja Mataram di Imogiri.
Putra mahkota Sultan HB V, Raden Mas Kanjeng Gusti Timur Muhammad, lahir 13 hari setelah kematian ayahnya. Akan tetapi Gusti Timur Muhammad tidak pernah dinobatkan sebagai raja karena meninggal pada tahun 1870.
Kisah tragis Sultan HB V merupakan salah satu peristiwa yang paling mewarnai sejarah Kesultanan Yogyakarta.
Peristiwa ini menjadi bukti bahwa kekuasaan dan cinta bisa menjadi hal yang berbahaya jika tidak dikendalikan dengan baik.
Kontributor : Dinar Oktarini
Berita Terkait
-
Kraton Yogyakarta Tuntut PT KAI Rp1000 Buntut Klaim Lahan di Stasiun Tugu Yogyakarta
-
Keraton Yogyakarta Kolaborasi dengan Platform Pariwisata Perkuat Promosi
-
Tanpa Rayahan Gunungan, Berikut Kemeriahan Tradisi Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta
-
Disambut Cucu Raja Keraton, Alam Ganjar Sambangi Museum Keraton Jogja
-
Serunya Heritage Trailblazer, Jelajah Cagar Budaya Yogyakarta Bersama Komunitas Malam Museum
Tag
Terpopuler
- Tanggapi Kisruh Andre Taulany Parodikan Gelar Raffi Ahmad, Feni Rose: Lagian Kantor yang Kasih di Ruko
- Berani Minta Maaf ke Lembaga Kerukunan Sulsel, Denny Sumargo Dapat Dukungan dari Sumatera sampai Papua
- Harta Kekayaan Roy Suryo yang Dituduh sebagai Pemilik Akun Fufufafa
- Profil Lex Wu: Tantang Ivan Sugianto Duel usai Paksa Anak SMA Menggonggong
- Geng Baru Nikita Mirzani Usai Lepas dari Fitri Salhuteru Disorot: Circlenya Lebih Berkualitas
Pilihan
-
Setelah Dihitung, Wamenhub Bilang Harga Tiket Pesawat Bisa Turun di Libur Nataru
-
Luhut Yakin Prabowo Bisa Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%, Ini Strateginya
-
Teken Dealership Agreement Eksklusif, MAB Jadi Distributor Resmi Truk Yutong di Indonesia
-
Tol Balikpapan-Samarinda Sepi Peminat Meski Persingkat Waktu Menuju IKN, Apa Alasannya?
-
IKN Tak Berpenghuni? Akademisi Sindir Minta Jokowi yang Jadi "Penunggunya"
Terkini
-
BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Jawa Tengah pada 14-16 November 2024
-
Rahasia Sukses Pertashop: Pertamina Ungkap Strategi Peningkatan Pendapatan lewat NFR
-
BMKG Prakirakan Cuaca Berawan dan Kabut di Semarang Hari Ini, Masyarakat Diminta Waspada
-
Prabowo Dukung Cagub Jateng, Bawaslu Telusuri Potensi Pelanggaran Netralitas Presiden
-
Korupsi Pengurusan Tanah di Semarang: Mantan Lurah Sawah Besar Divonis Lebih Ringan dari Tuntutan Jaksa