Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 11 Desember 2023 | 15:43 WIB
Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (Instagram/ganjar_pranowo)

SuaraJawaTengah.id - Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Muchamad Yulianto menyebut merosotnya elektabilitas pasangan Ganjar-Mahfud akibat masifnya PDIP menyerang keluarga Jokowi.

Seperti diketahui elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran unggul jauh dari dua rivalnya berdasarkan hasil survei litbang kompas baru-baru ini. Pasangan nomor urut 2 ini memperoleh elektabilitas sebesar 39,3 persen.

Sedangkan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang memperoleh 16,7 persen. Disusul paling buncit Ganjar-Mahfud hanya mendapatkan 15,3 persen suara.

"Kenaikan (elektabilitas) Prabowo-Gibran karena beberapa hal. Tim Ganjar-Mahfud terutama PDIP yang terkesan terus menyerang Pak Jokowi itu berefek positif pada Gibran," ucap Yulianto saat dihubungi Suara.com, Senin (11/12/23).

Baca Juga: Bukan ke Jawa Tengah, Ini Lokasi Pertama Kampanye Ganjar Pranowo-Mahfud MD

"Kenapa? Ada efek perasa iba atau belas kasihan pada Jokowi. Sehingga orang-orang menarik dukungan dari Ganjar ke Prabowo," lanjutnya.

Lebih lanjut, Yulianto menuturkan serang-serangan yang dilancarkan kubu PDIP ke Jokowi justru berefek negatif pada elektabilitas Ganjar-Mahfud.

Lalu faktor lain naiknya elektabilitas Prabowo-Gibran lantaran keberhasilan sosok Wali Kota Solo yang tetap santai, sopan, santun dan tenang. Sehingga sosok Gibran dianggap mewakili kalangan generasi Z.

"Terakhir itu barang kali tim sukses Jokowi pada pemilu 2019 mulai ikut bekerja. Dulu ketika mereka sama-sama Jokowi tidak ada masalah, sekarang secara terang-terangan saling berhadapan mengambil suara Ganjar-Mahfud untuk dialihkan ke Prabowo-Gibran," terangnya.

Tak hanya di suara nasional, survei Litbang Kompas juga menunjukkan elektabilitas Ganjar di pulau Jawa yang semula berada diangka 39,6 persen di Agustus kemarin, kini merosot tinggal 18,4 persen.

Baca Juga: Setelah Sedekah Lahan, Kini Heboh Warga Ramai-ramai Sablon Kaus Ganjar-Mahfud MD

Di Jateng, tempat Ganjar melayani sebagai gubernur, elektabilitasnya tinggal 31,6 persen dari sebelumnya 62 persen pada Agustus.

Sebaliknya, elektabilitas Prabowo-Gibran di Jawa melonjak menjadi 36,7 persen dari 28,8 persen di Agustus. Di Jateng, elektabilitas pasangan nomor 2 ini naik menjadi 29,6 persen dari sebelumnya 19 persen pada Agustus.

"Sesungguhnya pertarungan di Jawa Tengah itu antara PDIP melawan keluarga Jokowi. Dan ternyata keluarga Jokowi makin kuat, karena orang Jawa itu kalau diganggu malah dapat simpati. Jadi semakin Jokowi diserang dia malah semakin kuat," ucapnya.

"Itu berefek sekali pada suara anaknya sebagai tumpuan belas kasihan pada Jokowi," tambahnya.

Pada gelaran Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 nanti dia meminta gen Z untuk terlibat aktif dalam menentukan calon pemimpin. Yulianto menerangkan sekilas bahwa politik itu alat yang dipakai orang untuk mengelola negara dengan baik.

"Jadi hasil survei itu hanya jadi panduan untuk melihat dinamika terus berkembang. Bukan penentu kemenangan. Dan hasil akhirnya kita lihat nanti di tahun 2024. Hasil survei itu sifatnya dinamis, bisa naik-turun karena waktu (pemilu) masih tinggal dua bulan," tandasnya.

Kontributor : Ikhsan

Load More