SuaraJawaTengah.id - Menyambut tahun baru 2025, banyak dari kita merenungkan perjalanan waktu dan bagaimana sistem kalender telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.
Perayaan Tahun Baru bukan hanya momen untuk memulai lembaran baru, tetapi juga pengingat akan evolusi panjang sistem penanggalan yang kita gunakan hari ini. Salah satu pertanyaan menarik yang sering muncul adalah, mengapa satu tahun terdiri dari 12 bulan?
Jawabannya terletak pada sejarah panjang dan pengaruh astronomi yang membentuk kalender modern, menjadikan tahun baru sebagai momen yang terikat erat dengan siklus waktu. Berikut ulasannya untuk Anda:
Asal Usul Pembagian 12 Bulan
Pada awalnya, kalender Romawi kuno hanya terdiri dari 10 bulan, dimulai dari Maret (Martius) dan berakhir pada Desember (December). Namun, sistem ini tidak sinkron dengan siklus musim dan pergerakan matahari.
Untuk menyesuaikan kalender dengan tahun tropis (lamanya sekitar 365,25 hari), Raja Numa Pompilius pada sekitar tahun 713 SM menambahkan dua bulan: Januari (Januarius) dan Februari (Februarius), sehingga total menjadi 12 bulan.
Reformasi Kalender Julian dan Gregorian
Pada tahun 45 SM, Julius Caesar memperkenalkan Kalender Julian yang menetapkan satu tahun terdiri dari 365 hari dengan tambahan satu hari setiap empat tahun (tahun kabisat) untuk mengkompensasi kelebihan 0,25 hari per tahun.
Namun, karena perhitungan ini sedikit lebih panjang dari tahun tropis sebenarnya, terjadi pergeseran waktu seiring berjalannya abad.
Baca Juga: Banjir dan Longsor Mengancam! 33 Kabupaten/Kota di Jateng Berstatus Darurat Bencana
Untuk mengatasi hal ini, Paus Gregorius XIII pada tahun 1582 memperkenalkan Kalender Gregorian yang lebih akurat, dengan aturan tahun kabisat yang lebih kompleks untuk menyesuaikan panjang tahun kalender dengan tahun tropis.
Signifikansi Angka 12 dalam Sejarah
Angka 12 memiliki signifikansi khusus dalam berbagai budaya dan sistem penanggalan. Beberapa alasan mengapa angka 12 dipilih antara lain:
- Astronomi: Satu tahun terdiri dari sekitar 12 siklus bulan purnama, yang menjadi dasar bagi kalender lunar.
- Budaya dan Agama: Banyak budaya kuno menganggap angka 12 sebagai simbol kesempurnaan dan keteraturan, seperti 12 dewa Olympus dalam mitologi Yunani atau 12 suku Israel dalam tradisi Yahudi.
Memahami asal-usul pembagian tahun menjadi 12 bulan memberikan perspektif historis yang menarik saat kita menyambut Tahun Baru 2025. Sistem kalender yang kita gunakan saat ini adalah hasil evolusi dan adaptasi selama berabad-abad, mencerminkan kebutuhan manusia untuk menyelaraskan penanggalan dengan fenomena astronomi dan siklus alam.
Dengan memasuki tahun 2025, kita melanjutkan tradisi panjang perhitungan waktu yang telah diwariskan oleh peradaban sebelumnya, memungkinkan kita untuk merencanakan masa depan dengan lebih teratur dan terstruktur.
Kontributor : Dinar Oktarini
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota