SuaraJawaTengah.id - Mudik Lebaran 2025 merupakan salah satu tradisi tahunan yang sangat dinantikan oleh masyarakat Indonesia. Setiap menjelang Idul Fitri, jutaan perantau dari berbagai kota besar kembali ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga.
Tradisi mudik ini tidak hanya menjadi momen silaturahmi, tetapi juga mencerminkan budaya gotong royong dan kekeluargaan yang kuat. Namun, bagaimana sejarah mudik di Indonesia? Dari mana asal-usul istilah mudik? Berikut penjelasannya.
Asal-usul dan Makna Mudik
Mudik berasal dari bahasa Jawa mulih dilik, yang berarti pulang sebentar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik memiliki dua makna utama:
- Berlayar atau pergi ke bagian hulu sungai atau daerah pedalaman.
- Pulang ke kampung halaman, terutama menjelang perayaan besar seperti Lebaran.
Menurut Prof. Heddy Shri Ahimsa Putra, antropolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), istilah mudik berasal dari bahasa Melayu "udik," yang berarti hulu atau ujung.
Di masa lalu, masyarakat Melayu sering bepergian dari hulu ke hilir sungai untuk berdagang atau mencari nafkah, kemudian kembali ke hulu pada sore hari.
Konsep ini terus berkembang, terutama saat urbanisasi mulai meningkat. Banyak orang merantau ke kota besar untuk mencari penghidupan, dan saat hari raya tiba, mereka kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga.
Sejarah Mudik di Indonesia
Fenomena mudik mulai dikenal luas sejak tahun 1970-an, ketika Jakarta berkembang menjadi pusat ekonomi terbesar di Indonesia. Banyak orang dari berbagai daerah merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik.
Baca Juga: Waspada! 3 Titik Maut Purbalingga Mengintai Pemudik Lebaran 2025
Mereka bekerja di berbagai sektor, seperti pemerintahan, swasta, industri, dan perdagangan. Ketika libur panjang tiba, mereka kembali ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga, dan fenomena ini dikenal sebagai mudik.
Pada era 1980-an hingga 1990-an, pemerintah mulai menyadari pentingnya mudik dan mulai mengembangkan berbagai infrastruktur pendukung. Transportasi darat seperti bus, kereta api, dan kendaraan pribadi menjadi pilihan utama masyarakat untuk mudik.
Seiring berjalannya waktu, jalur udara dan laut juga mulai banyak dimanfaatkan untuk perjalanan mudik.
Pada 2000-an, kemacetan menjadi tantangan utama dalam perjalanan mudik. Oleh karena itu, pemerintah mulai membangun jalan tol baru, memperbaiki jaringan transportasi umum, dan menyediakan layanan mudik gratis bagi masyarakat kurang mampu.
Hingga kini, tradisi mudik terus berkembang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia.
Mudik Lebaran 2025: Prediksi dan Tantangan
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota