Budi Arista Romadhoni
Selasa, 30 September 2025 | 19:14 WIB
Aksi panggung di Saloka Fest. [Dok Saloka]
Baca 10 detik
  • Soundloka Band Competition 2025 hadir unik, band aransemen ulang lagu anak 90-an di Saloka Theme Park.
  • Hadiah utama bukan sekadar uang, tapi tiket emas jadi band pembuka Saloka Fest dengan musisi papan atas.
  • Ajang ini jadi ruang kreatif-musisi dari berbagai daerah, sekaligus wadah guyub komunitas musik Semarang.

SuaraJawaTengah.id - Lupakan sejenak kompetisi band biasa yang hanya menawarkan hadiah uang. Di Kabupaten Semarang, sebuah panggung menjadi rebutan puluhan musisi dengan cara yang tak biasa: mengaransemen ulang lagu anak-anak era 90-an.

Soundloka Band Competition yang digelar Saloka Theme Park pada Sabtu (27/9/2025), bukan sekadar festival, melainkan sebuah audisi terselubung untuk panggung yang jauh lebih besar.

Kompetisi tahunan yang memasuki edisi ketiga ini menawarkan hadiah utama yang membuat musisi mana pun tergiur. Bukan hanya uang pembinaan Rp5 juta, tetapi sebuah "tiket emas" untuk tampil sebagai band pembuka di setiap event besar Saloka, termasuk Saloka Fest yang kerap diisi musisi papan atas nasional.

Inilah yang menjadi magnet kuat, menarik lebih dari 50 band dari berbagai penjuru Indonesia, bahkan hingga Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi untuk ikut seleksi online.

Business Support General Manager Saloka Theme Park, Agustinus Haryanto, mengungkapkan bahwa panggung untuk pemenang adalah komitmen jangka panjang.

"Tiga pemenang ini nanti juga akan diberikan panggung pada setiap event. Baik Saloka Fest maupun konser musik di Saloka Theme Park. Jadi mereka akan tampil sebagai band pembuka," jelas Agustinus.

Tantangan kreatif menjadi inti dari kompetisi tahun ini. Dengan tema "Childhood Memories", 15 band yang lolos seleksi ditantang membawakan tiga lagu: jingle Saloka yang diaransemen ulang, satu lagu bebas, dan satu lagu wajib yaitu lagu anak-anak tahun 1990-an.

Bayangkan lagu "Bolo-Bolo" atau "Abang Tukang Bakso" digubah dalam genre rock, pop, atau bahkan keroncong.

"Tahun ini kami mengangkat tema Childhood Memories. Jadi kami berikan kesempatan kepada band-band itu untuk menyanyikan lagu anak-anak tahun 1990-an. Kenangan masa kecil, sesuai dengan tema Saloka Theme Park, Cerita Tiada Habisnya," tutur Agustinus.

Baca Juga: Dorong Daerah Ramah Anak, Saloka Theme Park Jadi Mitra Strategis Edukasi dan Rekreasi di Jawa Tengah

Kebebasan genre yang diberikan panitia membuat panggung Soundloka menjadi laboratorium kreativitas yang menarik.

"Pesertanya tahun ini banyak. Ada yang daftar dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, luar Jawa. Terus akhirnya kami seleksi hingga tersisa 15 band. Kami bebaskan genrenya, boleh rock, boleh pop, keroncong pun boleh sebenarnya," ucap Agustinus Haryanto.

Bagi sebagian peserta, kompetisi ini lebih dari sekadar mengejar panggung impian. Bagi Deyvid, personel band Sudden Death, Soundloka adalah alasan untuk kembali berkumpul dan bermusik setelah sekian lama vakum. Ajang ini menjadi pemantik api semangat yang sempat padam.

"Harapannya acara seperti ini ya tetap ada setiap tahun. Supaya bisa melestarikan budaya dan musisi-musisi Semarang dan sekitarnya. Biar bisa berkumpul menjadi satu, bisa guyub," ujar Deyvid, menyuarakan harapan banyak musisi lokal yang haus akan wadah berekspresi dan berkomunitas.

Load More