Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 12:55 WIB
Ilustrasi penipuan kerja online. [ChatGPT]
Baca 10 detik
  • Modus penipuan kerja paruh waktu marak di medsos, tawarkan gaji besar untuk tugas ringan.
  • Pelaku membangun kepercayaan dengan bayar awal, lalu jebak korban lewat deposit palsu.
  • Jaringan internasional asal China ini menarget korban yang butuh uang, rugikan hingga miliaran.
 

Korban yang sudah percaya akhirnya berpikir, “Kalau dari dua proyek sebelumnya dibayar, yang ketiga pasti juga dibayar.” Padahal justru di sinilah uang mulai disedot oleh pelaku.

4. Masuk ke Grup Rahasia dan Tekanan Psikologis

Setelah melakukan deposit, korban akan dimasukkan ke dalam grup WhatsApp atau Telegram berisi beberapa orang. Tidak semua anggota grup adalah korban, karena sebagian merupakan anggota jaringan pelaku yang pura-pura ikut bekerja.

Mereka akan mengatur tekanan psikologis. Misalnya, bila satu orang belum membayar atau top up, maka bonus grup tidak akan cair. Hal ini membuat korban terpaksa mentransfer uang lagi agar tidak disalahkan oleh “rekan kerja” lain. Inilah bentuk manipulasi yang sering kali membuat korban kehilangan kendali.

5. Uang Tidak Kunjung Cair, Selalu Ada Alasan Baru

Saat korban meminta hasil kerja atau bonus, pelaku selalu punya alasan baru. Katanya uang belum cair karena ada pajak, kesalahan sistem, atau misi belum selesai. Korban lalu disuruh menambah top up agar saldo bisa dicairkan.

Proses ini berulang tanpa akhir. Korban terus menambah setoran dengan harapan uang sebelumnya bisa kembali, padahal semuanya hanyalah jebakan yang dikendalikan dari luar negeri

6. Jaringan Internasional Bermodus Sama di Banyak Negara

Kasus ini bukan penipuan biasa. Berdasarkan hasil penyelidikan, jaringan pelaku berskala internasional dengan perputaran uang mencapai triliunan rupiah.

Baca Juga: Curhat Dokter Wonogiri: 1 Orang Layani 10 Desa, Gubernur Luthfi Ambil Langkah Ini

Mereka mempekerjakan operator di beberapa negara seperti Thailand, Uni Emirat Arab, dan Kamboja untuk mengelola sistem dan komunikasi. Jadi walau satu kelompok tertangkap, jaringan lain bisa terus berjalan.

Modusnya selalu sama: membuat korban percaya, memberi sedikit hasil di awal, lalu memancing deposit dalam jumlah besar. Banyak korban bahkan mengaku kehilangan uang hingga ratusan juta rupiah.

7. Korban Terbanyak Adalah Orang yang Sedang Butuh Uang

Pelaku biasanya menargetkan orang yang sedang kesulitan ekonomi atau mencari pekerjaan tambahan, seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, dan pekerja paruh waktu.

Mereka memanfaatkan kondisi emosional korban dengan iming-iming “kerja ringan, hasil besar.” Awalnya hanya iseng, namun lama-kelamaan uang yang dikeluarkan makin banyak hingga tabungan habis. Ada pula korban yang sampai menjual barang pribadi karena terjebak janji palsu pelaku.

Penipuan berkedok kerja paruh waktu semakin marak karena pelaku memanfaatkan situasi ekonomi dan keinginan masyarakat untuk mencari penghasilan tambahan. Keberhasilan Mabes Polri mengungkap jaringan pelaku asal luar negeri memang patut diapresiasi, namun masyarakat tetap harus waspada.

Load More