SuaraJawaTengah.id - Menristekdikti Mohamad Nasir menjamin penerapan penggunaan tenaga rektor asing di perguruan tinggi negeri tidak akan mengubah kultur kebangsaan mahasiswa Indonesia yang ada dalam naungan perguruan tinggi tersebut.
Perbedaan kultur kebangsaan, menurut Nasir, tidak bisa dihindarkan. Salah satunya dalam ranah dunia pendidikan dan menjadi hal yang lumrah. Namun begitu, soal akademik di suatu perguruan tinggi tidak dipengaruhi masalah kultur kebangsaan.
"Kebangsaan harus ada di dalamnya, tapi bagaimana mengubah budaya dalam akademik harus kita lakukan. Mendatangkan rektor asing tidak mengubah kebangsaan, nasionalisme harus tetap kita jaga," kata Nasir usai acara pengambilan sumpah dokter di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Kamis (1/8/2019).
Nasir mencotohkan yang sudah dilakukan Singapura dalam merekrut rektor asing. Kenyataannya, kata Nasir, mahasiswa Singapura tidak terpengaruh budaya rektor asal negara lain.
Baca Juga:Jokowi Impor Rektor Asing, UNAIR: Tak Jamin Majukan Kualitas Pendidikan
"Dia tetap menjadi warga negara Singapura, mereka punya nasionalisme yang tinggi," katanya.
Karena itu, pihaknya tetap akan melakukan filter yang ketat pada rektor asing yang berminat berkiprah memimpin perguruan tinggi di Indonesia.
"Kita ada fit and propertest, bagaimana kualitas dia, networking dia. Nanti akan ada tim seleksi sendiri," katanya.
Kekinian, Nasir menyebut ada salah satu rektor asing dari Korea yang sudah berminat memimpin perguruan tinggi di Indonesia. Dengan kualifikasi prestasi yang dikantonginya, telah memajukan universitas di Korea menjadi maju berkelas dunia hingga saat ini.
"Agustus dari korea sudah menawarkan diri, dia mantan rektor universitas di Korea yang bisa merubah sistem dari biasa menjadi kelas dunia, apa kita tidak merespon positif ?" ucapnya.
Baca Juga:Jokowi Setuju Impor Rektor Asing, Dimulai Tahun 2020
Selain itu, ada juga peminatan rektor asing dari Amerika Serikat dan Inggris. Namun masih sebatas mempertanyakan prosedur dan persyaratan.
- 1
- 2