SuaraJawaTengah.id - Perayaan Idul Adha oleh muslim penganut Alif Rebo Wage (Aboge) di Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (13/8/2019) tidak hanya tentang ibadah. Ada sejumlah pesan yang tersirat di dalamnya.
Adalah tenong, sebuah barang kerajinan yang oleh warga setempat telah umum difungsikan untuk menyimpan dan membawa makanan, terutama nasi beserta lauk-pauknya.
Dalam perayaan Idul Adha di masjid yang konon sudah dibangun sejak ratusan tahun itu, tenong menjadi penghias. Banyak jemaah salat yang membawa serta barang kerajinan berbahan dasar bambu itu dengan cara diletakkan di atas kepala.
Tenong tersebut kemudian disimpan di rumah juru kunci. Sedangkan pembawanya kemudian masuk masjid untuk salat.
Baca Juga:Digelar Hari Ini, Jemaah Aboge Salat Idul Adha Tanpa Pengeras Suara
Fungsi dan maksud penggunaan tenong diketahui usai salat. Sejumlah jemaah mengambil puluhan tenong tersebut, lalu membawanya ke dalam masjid.
Saat dibuka, isinya menu makanan lengkap dengan lauk-pauknya. Makanan itu yang kemudian disantap bersama-sama oleh para jemaah.
“Kegiatan makan usai salat Idul Adha ini jadi bentuk syukuran. Untuk tenong, itulah tempat menyimpan makanan yang memang masih terus dipakai warga sini,” kata seorang jemaah, Marjuki, usai menyantap makan syukuran, Selasa (13/8/2019).
Marjuki bercerita, penggunaan tenong tidak hanya saat syukuran Idul Adha. Dalam syukuran berupa makan bersama saat Idul Fitri di masjid itu, juga makanannya disimpan dan dibawa dalam tenong.
Pun dalam kegiatan lain yang berkaitan dengan makan bersama, seperti likuran di bulan Ramadan. Tenong selalu diandalkan sebagai tempat menyimpan makanan supaya mudah saat dibawa.
Baca Juga:Pagi Ini, Ratusan Jemaaah Aboge Salat Idul Adha di Masjid Saka Tunggal
“Yang jelas dalam menyimpan makanan (di dalam tenong) dan membawanya terasa mudah. Itu juga wadah khas di tanah air yang saya rasa memang penting untuk dilestarikan,” kata khatib Masjid Saka Tunggal Baitussalam tersebut.
- 1
- 2