Sebelumnya, telur-telur penyu ditemukan oleh nelayan di sekitar pantai Sodong pada Mei 2019. Jumawan memperhatikan, Mei kerap menjadi waktu pendaratan penyu, di samping Juni, Juli dan Agustus.
"Telurnya saya dapatkan dari para nelayan. Semula ada sekitar 50 telur. Yang menetas 30," tukas Jumawan.
Tukik-tukik itu dirawat di rumahnya, di RT 1 RW 4 Desa Karangbenda. Ia memanfaatkan media pasir laut dan ember.
"Jadi ngambil pasirnya di laut, biasanya empat hari sekali," kata dia.
Baca Juga:5 Berita Hits Otomotif Akhir Pekan: Jalan Seram, Mobil Listrik Mahal
Penangkaran ini menjadi pengalaman pertama Jumawan, sekaligus disebut yang pertama di Kabupaten Cilacap. Ada banyak hal yang didapatkan Jumawan dari penangkaran ini. Sekretaris Nelayan Mina Asih Desa Karangbenda itu mendapati penetasan telur penyu sampai 49 hari.
"Normalnya penetasan telur itu 45 hari, akan tetapi karena pengaruh cuaca dan suhu, tukik menetas setelah 49 hari," ujarnya.
Lantas, apa makanan tukik penyu? Kaur Umum dan Perencanaan Desa Karangbenda ini memberinya pakan sejenis kerang-kerangan. Jumawan tidak punya simpanan jenis makanan itu, apalagi dengan jumlah tukik sampai 30 ekor. Karena itu, ia harus membeli dengan menggunakan biaya pribadi.
"Untuk kebutuhan pakan 30 ekor tulik sekitar 5 ons. Belinya sekitar Rp 10.000- Rp 15.000," jelas Jumawan.
Satu lagi yang diperoleh Jumawan, yakni merasa ada chemistry atau ikatan batin dengan tukik-tukik lucu nan menggemaskan itu. Karenanya ada rasa kehilangan dalam hatinya kala dilepasliarkan. Namun, secepatnya rasa itu berubah, karena pelepasliaran demi misi pelestarian.
Baca Juga:Lebih dari 30 Orangutan Terpapar Kabut Asap, Diobati Pakai Nebulizer
"Oleh karenya itu, apabila ada pihak yang menemukan pendaratan penyu harap dilaporkan, guna pengamanan dan penangkaran. Karena bahaya akan telur penyu bukan di alam, tetapi pada manusianya itu sendiri, sehingga penting dilakukan penyadaran," tutupnya.
Kontributor : Teguh Lumbiria