SuaraJawaTengah.id - Untuk menjadi toleran tidak sulit. Widanarko pura-pura menjadi sinterklas, tokoh fiksi Natal. Tujuannya, dia ingin mewujudkan mimpi anak-anak di Gereja Pelayanan Penyembahan Karismatik Bunga Bakung Solo.
Fransisca Monica Lisa, salah satu anak jemaat Gereja Pelayanan Penyembahan Karismatik Bunga Bakung Solo, terkejut saat ditemui dua orang berbusana sinterklas dan seorang berbusana pahlawan super Spiderman, Selasa (24/12). Bocah itu memperingati ulang tahunnya yang ke-12 menjelang Natal. Kue ulang tahun lengkap dengan lilin dan kado diberikan sinterklas dan pahlawan super itu membuatnya senang, Fransisca mengungkapkan dalam mimpinya bertemu sinterklas.
"Ya kaget dan senang bisa ketemu sinterklas. Tadi malam saya mimpi ketemu sinterklas. Ini terwujud. Saya dapat kado peralatan sekolah dan makanan. Saya bahagia sekali," ungkapnya.
Ibu asuh Fransisca, Asih, mengatakan ia merawat anak itu sejak dirinya bekerja di panti asuhan.
Baca Juga:Masih Berkabung, Edgar Marvelo Rayakan Natal dengan Ibadah
"Dia itu saya rawat sejak kecil. Saat itu saya bekerja di panti asuhan. Saat saya sudah tidak bekerja di panti asuhan itu, dia ikut saya. dirawat di rumah saya bersama keluarga. Dia anak yatim. Baru saat ini ulang tahunnya dirayakan seperti ini, bersama sinterklas. Pas momen Natal," kata Asih.
Fransisca adalah salah satu dari 50-an anak jemaat gereja tersebut yang menerima bingkisan dari sejumlah orang berbusana sinterklas ini. Namun siapa sangka, sejumlah orang yang berbusana sinterklas dan Spiderman itu ternyata muslim. Salah satu 'sinterklas' itu, Widanarko, seorang Muslim, mengungkapkan dirinya dan istrinya itu ingin berbagi bersama anak-anak jemaat gereja. Menurut Danar, ia ingin menunjukkan toleransi dan semangat berbagi kepada sesama manusia.
"Secara rutin berkala saya dan istri saya ingin berbagi bersama anak-anak yatim piatu, difabel, dan lainnya dengan bingkisan, roti ulang tahun, atau kejutan yang membahagiakan mereka. Saat bulan Desember ini banyak anak-anak Nasrani atau nun-Musllim yatim piatu yang mengungkapkan keinginan bertemu sinterklas dan mendapat bingkisan atau kejutan. Kami kemudian mewujudkan keinginan mereka, kami memakai busana sinterklas dan superhero mendatangi mereka untuk membagikan kado Natal. Kami adalah seorang Muslim. Pesan kami, ingin menunjukkan semangat toleransi, berbagi, dan saling menghormati. Kami bagikan puluhan bingkisan kado berisi makanan, peralatan sekolah, dan lainnya," jelasnya.
Dalam aksi tersebut, Danar bersama istri dan rekannya itu membagikan puluhan bingkisan di kompleks gereja tersebut. Tiga orang tersebut membawa bingkisan dalam karung. Tak hanya di gereja, mereka juga membagikan bingkisan untuk anak-anak sekitar kompleks gereja.
Semua gereja di Solo merayakan Natal dengan berbagai kegiatan yang semarak. Juru bicara Gereja Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan, Fransiscus Xaverius Murdi Santoso, mengatakan tema Natal tahun ini adalah hidup sebagai sahabat bagi semua.
Baca Juga:Rayakan Natal, Prabowo dan Menteri Jokowi Lainnya Kumpul di Rumah Luhut
"Tema Natal saat ini Hiduplah sebagai sahabat bagi semua. Artinya, kehidupan umat harus bisa menjadi sahabat bagi siapapun tanpa membedakan. Umat harus memberi manfaat bagi sekitarnya," kata Murdi.
Semangat toleransi juga menjadi tema besar kota Solo di penghujung tahun 2019.. Sebuah baliho mengungakpkan pesan betapa pentingnya menjaga dan merawat toleransi antar umat beragama di Indonesia tampak terpasang mencolok di sejumlah lokasi strategis dan padat lalu lintas di Solo.
Di media sosial juga beredar foto-foto yang menunjukkan toleransi beragam, termasuk foto polwan berjilbab yang mendorong seorang suster katolik berkursi roda ke sebuah gereja di Solo. Polwan tersebut sedang bertugas mengamankan Natal di gereja tersebut. Pengamanan Natal di sejumlah gereja juga melibatkan personil dari ormas Islam, seperti Banser NU dan MTA.