SuaraJawaTengah.id - Suasana riuh karena aktivitas jual-beli yang wajarnya terjadi di hampir tiap pasar di daerah dan perkotaan, nampak berbeda dengan keriuhan yang terjadi di Pasar Wage Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Bukan aktivitas jual-beli, melainkan ramai dari bunyi-bunyian bernada bagaikan konser musik atau klotekan dari alat ala kadarnya yang dimiliki tiap-tiap pedagang.
Puluhan pedagang dari titik yang berbeda sahut-sahutan memecah kesunyian akibat sepinya pembeli semenjak dibuka kembali setelah adanya 24 pedagang yang dinyatakan positif covid-19 pada bulan lalu.
Kirdi (52), salah seorang pedagang sayuran mengatakan jika aktivitas klotekan sudah sering dilakukan dalam beberapa hari terakhir.
Terlebih jika sudah lewat dari pukul 09.00 WIB. Karena pembeli mulai berkurang.
Baca Juga:Selama Pandemi, per Hari Daop 5 Purwokerto Kehilangan Pemasukan Rp 1,2 M
"Carane kan sepi (pembeli), buat ramai-ramai gitu aja. Dari kemarin sana-sini juga sama gitu (klotekan)," katanya saat ditemui, Kamis (13/8/2020).
Klotekan ini juga sekaligus sebagai hiburan tersendiri bagi pedagang.
Daripada bengong dan melamun bermain musik dengan nada berirama sebagai aktivitas pengusir penat.
Sepinya pembeli sudah dirasakan sejak awal masa pandemi. Sempat merasakan ramai sebelum lebaran Idulfitri. Namun kondisi pasar kembali drop setelah adanya pedagang yang positif covid-19 dari hasil swab masal yang diadakan pemkab.
"Sekarang paling saya bisa jual seperempatnya dalam satu hari. Sepi banget. Ya buat hiburan jadi pada klotekan," ujarnya.
Baca Juga:13 Karyawan Bank Syariah Mandiri Purwokerto Positif Corona, Termasuk Bosnya
Berdasarkan pantauan, ada tiga titik dengan perkelompok kisaran sepuluh pedagang yang bermain klotekan. Titik pertama di dalam Pasar Wage, lalu pintu keluar sebelah utara dan pintu masuk pasar sebelah barat.
Sementara itu, Niwan (60) pedagang petai menjelaskan selain karena sepi pembeli, aktivitas klotekan juga sekaligus menyambut HUT Kemerdekaan ke 75 Republik Indonesia yang tinggal menghitung hari.
"Ini kan hampir 17 Agustus, disamping sepi karena corona ya ikut merayakan. Karena di pasar ya ala kadarnya seperti ini. Sesekali membunyikan klotekan daripada bengong," jelasnya.
Pedagang lainnya, Prapti (50) yang berjualan jajanan kering mengaku pasrah dengan kondisi seperti ini. Penghasilannya kini tak sampai setengah dari hari biasanya.
"Waktu sebelum corona penghasilan saya Rp 300 ribu per harinya, tapi paling sekarang bisa masuk Rp 100 ribu sudah syukur, turun drastis. Biasanya ini satu hari habis, sekarang buat besoknya lagi kadang. Jadi ikut musikan biar terhibur, ga stres, ga spaneng," tuturnya.
Kontributor : Anang Firmansyah