SuaraJawaTengah.id - Di balik keindahan pantai-pantai yang membentang di pesisir utara Jawa Tengah, terdapat satu nama yang menyimpan nuansa mistis, misterius, dan membuat siapa pun yang mendengarnya merasa penasaran sekaligus merinding: Pantai Glagah Wangi.
Terletak di Desa Tambakbulusan, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, pantai ini bukan hanya memanjakan mata dengan panorama alamnya yang memesona, tetapi juga menyuguhkan kisah-kisah gaib yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat sekitar.
Perjalanan menuju pantai ini bisa dikatakan sebagai sebuah petualangan spiritual. Tidak ada akses langsung untuk kendaraan bermotor.
Pengunjung harus berjalan kaki lebih dari satu kilometer melewati jalan setapak yang meliuk di antara lebatnya hutan mangrove. Di musim hujan, jalur tanah itu menjadi licin dan becek, menambah tantangan tersendiri.
Baca Juga:Dua Tanggul Jebol, 9.177 Jiwa Terdampak, Lembaran Kelam Banjir di Demak akankah Terulang?
Setelah itu, Anda akan dihadapkan pada jembatan bambu sederhana—sepanjang beberapa meter dan hanya terdiri dari dua hingga tiga batang bambu sebagai pijakan.
Suara derit bambu yang bergema setiap kali diinjak seakan menjadi alarm mistis, seolah memberi tahu bahwa Anda sedang memasuki wilayah yang memiliki aturan dan tata krama tersendiri, wilayah yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali manusia.
Begitu melewati semua tantangan itu, Anda akan tiba di hamparan pantai yang masih perawan. Lautnya tenang, pasirnya bersih, dan udaranya menyegarkan.
Tidak banyak bangunan atau fasilitas modern, membuat suasananya terasa alami dan jauh dari hiruk-pikuk dunia luar. Namun, di balik keindahan dan ketenangan itu, tersimpan sebuah cerita lama yang dipercaya benar adanya oleh warga sekitar—bahwa Pantai Glagah Wangi adalah lokasi berdirinya sebuah kerajaan gaib yang menjorok ke tengah laut.
Kerajaan ini tidak kasat mata, namun konon sangat megah dan dihuni oleh makhluk halus yang hidup berdampingan dengan manusia, tetapi di dimensi yang berbeda.
Baca Juga:Petani Demak Kalahkan Kanker Payudara Berkat JKN: Dari Vonis Stadium Dua hingga Sembuh Total
Yang menjaga kerajaan itu bukan makhluk sembarangan. Menurut cerita rakyat yang terus diwariskan, terdapat dua ekor ular raksasa berkepala manusia—satu laki-laki dan satu perempuan—yang menjadi penjaga utama gerbang kerajaan tersebut.
Mereka diyakini dapat membaca isi hati setiap pengunjung. Jika seseorang datang dengan niat tulus dan menghormati alam, mereka akan diberi perlindungan. Sebaliknya, jika ada yang datang dengan niat jahat atau berlaku sembarangan, maka hal-hal buruk bisa saja menimpa.
Cerita-cerita dari para pengunjung yang pernah mengalami kejadian tak masuk akal pun semakin menguatkan kepercayaan ini. Ada yang mengaku melihat bayangan besar di tengah laut yang tiba-tiba menghilang, ada pula yang mendengar bisikan suara tak dikenal di jalur mangrove, atau bahkan mengalami kesurupan dan kehilangan arah, lalu ditemukan beberapa jam kemudian dalam kondisi linglung dan ketakutan.
Oleh karena itu, masyarakat sekitar selalu mengingatkan agar para wisatawan menjaga ucapan, tingkah laku, serta tidak membawa pulang apa pun dari pantai ini—bahkan hanya sepotong kerang, pasir, atau ranting pohon.
Mengambil sesuatu dianggap sebagai tindakan tidak sopan terhadap penghuni gaib, yang bisa berujung pada nasib sial atau penyakit misterius.
Di waktu-waktu tertentu, terutama saat bulan purnama atau menjelang musim tanam, warga sekitar mengadakan ritual khusus seperti sedekah laut, doa bersama, atau larungan sebagai bentuk penghormatan kepada para penjaga gaib pantai.