Pelaksanaan upacara sendiri dilakukan di atas tanah sawah yang sudah dipanen pada pagi harinya. Upacara dimulai pada pukul 09.30 WIB selama setengah jam. Setelah itu dilanjutkan dengan peringatan detik-detik proklamasi.
"Mudah-mudahan para pejuang bisa ditiru oleh para pemuda seperti kalian semua. Jadi semoga kalian semua juga tahu bahwa para petani andilnya sangat besar terhadap para tokoh kemerdekaan sejak dahulu," jelasnya.
Ia berharap perjuangan petani saat ini tidak dipersulit oleh adanya birokrasi yang mengharuskan memiliki kartu tani untuk membeli pupuk bersubsidi. Karena dinilai memberatkan para petani dengan kategori miskin.
"Itu sangat-sangat memberatkan bagi kita petani yang miskin lah kategorinya. Garapannya paling-paling hanya 700 meter. Jadi kami harapannya adalah pemerintah, memberikan subsidi langsung kepada petani. Jadi tidak lewat ini, tidak lewat itu, itu sangat menyakitkan sekali," jelasnya.
Baca Juga:Pohon Jati Jadi Tiang Bendera, Warga Nganjuk Gelar Upacara HUT RI di Hutan
Harga pupuk dan obat-obatan saat ini terhitung mahal. Tidak sebanding dengan harga gabah pada saat panen. Apalagi pada saat Covid-19 seperti ini.
"Gabah kering seharga Rp 4.300 per kilogam. Untuk itu marilah kita petani sangat berharap kepada siapa saja yang berwenang, saya ingin petani disejahterakan, dimerdekakan, jangan sampai terlantar," ujarnya.
Dia mengaku sudah memiliki kartu tani, tapi, ia banyak mendapat keluhan dari anggotanya yang kurang berpendidikan yang katanya syaratnya tidak mudah.
"Dari 130 anggota, tidak sampai setengahnya memiliki kartu tani. Hanya sekitar 30 persen. Menggarap lahan sekitar 24 hektare dari tanah basah dan tanah kering untuk berkebun. Ya semoga kalau harus semua memiliki kartu tani, syaratnya lebih dipermudah lagi melihat banyak yang tidak berpendidikan," katanya.
Kontributor : Anang Firmansyah
Baca Juga:Peringati HUT RI ke-75, Warga Semarang Gelar Upacara di Tugu Soeharto