SuaraJawaTengah.id - Saiman tentu kaget. Dia merasa tidak pernah mengajukan bantuan UMKM tapi tiba-tiba mendapat pesan pendek atau SMS di handphone-nya berisi informasi dirinya menerima bantuan modal UMKM Rp 2,4 juta.
Sebelumnya, akhir-akhir ini para pelaku UMKM ramai-ramai mendaftar menjadi penerima bantuan modal dari pemerintah. Nilai bantuannya Rp 2,4 juta untuk empat bulan.
Tukang becak berusia 55 tahun asal Sragen tersebut memang merasa ada yang ganjil pada hari itu, Jumat, 28 Agustus 2020 lalu. Bibir dan kedua tangannya bergetar tiba-tiba. Orang Jawa menyebutnya dengan istilah kedhuten.
Tak berselang lama, ponsel Androidnya berdering. Saiman mengecek dan ternyata ada short message service (SMS) yang masuk. Saiman tak langsung percaya isi SMS tersebut.
Baca Juga:Viral Fenomena Alam Unik di Wonosobo: Awan Berbentuk V Berwarna Kuning
"SMS itu dari BRI. Isinya berbunyi kalau saya mendapat bantuan dari pemerintah senilai Rp2,4 juta. SMS iki tenan, apa etok-etok [beneran apa pura-pura]? Saya itu tidak merasa mengajukan bantuan tetapi kok dapat? Saya bertanya ke beberapa orang ternyata benar," ujar Saiman seperti dikutip dari Solopos.com, media partner suara.com di Jawa Tengah, Jumat (5/9/2020).
Awalnya ragu, Saiman mengecek ke BRI Unit di Sragen Manggis seraya membawa buku rekening bank miliknya. Kemudian tukang becak di Sragen itu diarahkan menuju ke BRI Cabang Sragen.
Saat tiba di BRI Cabang Sragen, ternyata benar bantuan Rp2,4 juta itu untuk Saiman. Bahkan nilai saldo pada print out buku tabungannya sudah bertambah Rp 2,4 juta. Saiman juga menunjukkan buku tabungannya yang berisi uang Rp 2,4 juta itu.
Meski hingga sekarang belum jelas siapa yang mengajukan namanya untuk menerima bantuan itu, Saiman mengaku sangat bersyukur. Hingga kini, uang tersebut masih disimpan di bank dan akan diambil untuk memenuhi kebutuhan hidup.
"Sampai sekarang juga belum saya ambil. Uang ini akan saya gunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari bersama keluarga," katanya.
Baca Juga:Tidak Dukung Paslon Pilkada 2020, PDIP akan Pecat Kadernya
Selama pandemi, kondisi ekonomi pria yang menjadi tukang becak di Sragen sejak 1994 itu memang memprihatinkan. Saiman memiliki seorang anak perempuan yang sempat berjualan penthol, tetapi berhenti sebelum Bulan Puasa karena tidak laku.
Anak perempuannya kini beralih berjualan bubur bayi. Sementara istrinya, Umi, 49, bekerja jadi buruh petik Lombok. Sedangkan dari hasil Saiman menjadi tukang becak, nilainya tidak bisa diandalkan.