Ini Cara Penjual Bibit Tanaman di Kendal untuk Bertahan Saat Pandemi

Beragam cara dilakukan, salah satunya memprioritaskan tanaman yang dicari masyarakat

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 10 November 2020 | 12:10 WIB
Ini Cara Penjual Bibit Tanaman di Kendal untuk Bertahan Saat Pandemi
Rudi, salah satu pedagang bibit tanaman di Boja, Kabupaten Kendal. (Suara.com/Aditia Ardian)

SuaraJawaTengah.id - Rudi, salah satu pedagang bibit tanaman di Boja, Kabupaten Kendal mengaku memilih menjadi pedagang bibit karena bagus untuk prospek jangka panjang. Apalagi kegiatan menanam sekarang lagi digandrungi masyarakat seiring dengan kebijakan work from home karena pandemi Covid-19. 

Pegawai Agen Asuransi itu menjelaskan alasan mengenai prospek bagus berdagang bibit ke depan. Menurutnya, banyak orang yang suka menanam dan berkebun, apalagi jenis buah-buahan.

"Saya juga menyiapkan untuk masa pensiun dan masa tidak produktif, mengingat usia saya sudah mau memasuki 50 tahun," katanya kepada SuaraJawaTengah.id, Senin (9/11/2020).

Rudi mengaku, baru menggeluti dunia penjualan bibit sekitar enam bulan lalu.

Baca Juga:Cium Bau Tak Sedap, Warga Purwakarta Tak Menyangka Temukan Ini

"Saya belum lama terjun menjadi penjual bibit, baru sejak pandemi aja, sekitar setengah tahunan. Bisa dibilang ini saya baru merintis," ujar Rudi.

Kebun buah yang sedang dirintis Rudi bernama Kebun Teras BCL. Pemberian nama BCL didasari karena berada di Perumahan bernama Banjar Cluster.

"Sebenarnya di balik nama BCL itu, saya juga punya slogan yakni Biar Cepat Laris," ucapnya.

Bertahan di Kala Pandemi

Pandemi Covid-19 memang merubah segala tatanan kehidupan. Untuk bertahan, Rudi mengaku melakukan beragam cara, salah satunya yaitu memprioritaskan bibit yang banyak dicari masyarakat.

Baca Juga:Videografis: Panduan Aman untuk Lansia Selama Era Covid-19

"Bibit yang banyak dicari orang, saya savingnya lumayan besar dibanding bibit yang lain, misalnya bibit yang paling banyak dicari yaitu mangga," lanjut Rudi.

Biasanya, para pedagang bibit mengeluh terkait harga dari pemasok yang terlalu tinggi. Tetapi Rudi mengaku bahwa harga dari pemasok sejauh ini masih normal.

"Harganya masih normal. Lagipula kalau masalah harga kita masih kalah dengan Jawa Timur dan Jogja yang memiliki banyak petani, sehingga produksi banyak dan harganya lebih murah. Tapi selain mengambil dari orang saya juga memproduksi sendiri bareng saudara," katanya.

Setelah berjualan selama kurang lebih enam bulan, Rudi mengatakan penghasilan yang didapat bisa memenuhi kebutuhan dirinya.

"Untuk omzet, insyaAllah kebutuhan primer bisa terpenuhi, meskipun untuk kebutuhan sehari-hari lain atau sekunder masih belum," pungkasnya.

(AA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini